Sebelum berkompetisi, mojang Bandung ini menepis bayang-bayang kekuatan Panida dengan berfokus pada diri sendiri. "Musuh terberat saya adalah diri saya sendiri," kata atlet yang disapa Yuni tersebut.
Seusai Myanmar 2013, anak sulung dari empat bersaudara ini bertekad menyiapkan diri dengan keras guna menghadapi Asian Games di Korea Selatan, September 2014. "Tetap di 48 kilogram, bobot barbel yang akan saya tingkatkan," ujar dia.
Yuni juga akan mencoba memulai kuliah. Dia berniat memasuki jurusan ilmu keolahragaan. "Melamar kuliahnya sambil terus latihan," kata si pengidola lifter Kazakhstan Cincalo.
Berbeda dari Yuni, kemenangan di Myanmar menghasilkan emas keempat bagi lifter putra kelas 62 kilogram, Eko Yuli Irawan (24), di SEA Games.
Emas perdana dia raih di Thailand 2007. Eko mengaku, keberhasilan kali ini dia persembahkan untuk istri dan anaknya tercinta yang menanti di rumah mereka di Balikpapan, Kalimantan Timur. "Ini emas untuk keluarga saya," kata Eko dengan diikuti senyum kemenangan.
Lifter Indonesia lainnya, Jadi Setiadi (28), harus puas dengan perolehan perak di kelas 56 kilogram. Jadi terhambat untuk menambah total angkatannya karena setelah berhasil dengan dua kesempatan usungan clean and jerk, dia terjatuh, lalu mengerang kesakitan.
Kaki kiri Jadi cedera seusai sukses mengusung barbel 140 kilogram. Saat barbel dia banting, tangkai pegangan mengenai kaki kirinya. Jadi langsung terjungkal ke belakang.
Dia tak menyerah, tetap coba meraih kesempatan ketiga dengan 142 kilogram. Dia sempat clean (berdiri meletakkan barbel di dada). Namun, kakinya tak lagi kuat menopang aksinya. (Madina Nusrat dari Yangon, Myanmar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.