“Boxing is the toughest and loneliest sport in the world”. Begitu ujar petinju Inggris Frank Bruno suatu ketika. Petinju bisa saja memiliki jutaan penggemar. Ribuan orang mungkin berteriak-teriak memberi dukungan.
Namun saat bertanding, ring menjadi tempat paling sepi dan menakutkan, karena hanya ada kamu dan lawanmu.
Orang seringkali hanya melihat aktivitas petinju di atas ring. Saat Mike Tyson memukul KO Michael Spinks hanya dalam waktu 91 detik pada 27 juni 1988 dan dibayar sekitar 20 juta dollar atau sekitar 260 miliar rupiah, orang berkata begitu mudahnya ia mendapat uang.
Padahal bagi petinju, pertandingannya tidak sesingkat itu, tapi sudah dimulai jauh sebelumnya. Seringkali sepanjang hidupnya mereka harus berlatih keras, disiplin menjaga gaya hidup, dan selalu siap bertanding.
Juara dunia Muhammad Ali pernah berkata, “Kalah dan menangnya suatu pertandingan ditentukan jauh-jauh hari, luput dari pandangan mata semua orang. Ia dimulai semenjak di sasana, di tempat latihan, di jalanan, jauh sebelum saya menari di bawah cahaya-cahaya ini.”
Kompas.com mencoba menangkap kehidupan dan keseharian para petinju muda. Menggali cerita awal mula mereka tertarik memilih jalan hidupnya sebagai petinju, harapan mereka, dan kisah bagaimana mereka berkesempatan naik ring.
Di situ dijumpai bahwa ternyata tidak selamanya dunia ini penuh dengan gelimang harta dan medali, namun sebaliknya penuh dengan peluh dan usaha. Lakonnya pun orang-orang bersahaja yang berani memiliki mimpi luar biasa: menjadi juara dunia!
Artikel ini dikemas dalam bentuk multimedia dan diharapkan mampu menggugah semangat siapa saja yang tekun meniti jalan hidupnya.
Baca dan saksikan konten selengkapnya di tautan “Tinju, Jalan Hidup Para Petarung”. Selamat menikmati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.