SUMBAWA BARAT, KOMPAS — Lomba ultramaraton Trans-Sumbawa 200 sejauh 320 kilometer dimulai Rabu (8/4) tepat pukul 05.30 Wita. Delapan peserta memulai perlombaan dari Pantai Poto Tano, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dengan didampingi 20 pelari lokal.
Memasuki pukul 15.00 WITA, suhu udara terus meningkat dan menggunakan aplikasi AccuWeather, tercatat suhu udara mencapai 31 derajat Celcius. Terdengar suhunya sama dengan di Jakarta, namun pembacaan menggunakan teknik RealFeel dari AccuWeather mendeteksi suhu yang dirasakan tubuh manusia mencapai 39 derajat Celsius.
Bahkan, aplikasi RealFeel mencatat, suhu sempat mencapai 41 derajat Celcius saat tengah hari, seperti dilaporkan oleh Josephine Pipin dengan akun Twitter @josephinepipin.
RealFeel adalah teknologi mengukur suhu yang dirasakan tubuh manusia di luar ruangan menggunakan berbagai faktor terutama kelembaban, tutupan awan, intensitas matahari, dan angin. Tak heran jika para peserta berkelakar di jalur Trans-Sumbawa 200 ada dua hingga tiga matahari.
Akun Twitter @agusher milik Agus Hermawan, wartawan Kompas, menggambarkan bagaimana terik Matahari di sana. "Mau tau panasnya di Sumbawa? Orang naik motor saja sampai berteduh dulu di bawah pohon. Saking panasnya cuaca, air dari kran warung kayak keluar dari pemanas air," kata Agus.
Terik matahari ini menyulitkan para pelari. Kulit mereka sudah tampak gosong dan lebih terasa letih. Namun, semua pelari masih bisa melanjutkan lomba.
Cuaca pagi mendukung
Mereka mulai berlari setelah dilepas Wakil Direktur Desk Komunitas Harian Kompas Nugroho F Yudho dan Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resor Sumbawa Barat Komisaris I Nengah Martawan. Lomba lari dengan jarak tempuh 320 km ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Cuaca saat start pagi tadi sangat bagus. Kondisi ini berbeda dengan hari sebelumnya ketika hujan badai menerpa perkemahan di Pantai Poto Tano. Hari Selasa, satu tenda roboh diterpa angin kencang.
Saat start, beberapa pelari lokal langsung melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan pelari lain. Sementara delapan pelari inti dalam lomba ini berlari santai untuk menyimpan tenaga. Mereka berlari dengan senter di kepala karena kondisi jalan masih gelap.
"Pelari lokal ini untuk memberi dukungan kepada delapan peserta dan meramaikan acara ini," kata anggota panitia lomba, Dohar Siburian. Para pelari lokal yang berseragam merah diberi kesempatan untuk berlari sejauh 10 km. Namun, mereka diperbolehkan untuk terus melanjutkan perjalanan semampu mereka.
Di kilometer 20, tiga pelari lokal masih berlari. Sementara pelari lokal lain sudah berhenti dan menumpang mobil yang mengawal perlombaan ini.
Di check point pertama kilometer 20 itu, Sitor Torsina Situmorang dari Tangerang, Banten, menjadi pelari pertama yang terlihat. Ia menempuh jarak 20 km pertama dalam waktu 2 jam 2 menit.
Dua menit kemudian, empat pelari asal Bandung, Jawa Barat, yaitu Abdul Aziz Dermawan, Muhammad Wirawan Abdul Reza, Arief Wismoyono, dan Alan Maulana, berlari dengan formasi berbaris. Mereka menempuh check point pertama dalam waktu 2 jam 4 menit. "Kami berusaha bisa finis berempat bersamaan," kata Reza.
Pelari selanjutnya adalah Dino Eka Putra dari Bandung dan Lily Suryani dari Denpasar, Bali, dengan catatan waktu 2 jam 19 menit. Sang hyperman, Hendra Wijaya, asal Bogor, Jawa Barat, masih berlari dengan kecepatan rendah, tetapi konstan. Ia juga mencatat waktu tempuh yang sama dengan Dino dan Lily.
Di beberapa titik, para pelari mendapat dukungan dari warga sekitar. Ratusan pelajar, mulai dari SD hingga SMA, berjajar di tepi jalan menanti para pelari. Mereka bersorak dan menyalami pelari yang melintasi mereka.
Saat mencapai jarak 32 km, para pelari mulai kelelahan dan mengambil waktu untuk beristirahat. Mereka beristirahat di pinggir jalan sambil mendapat makanan dan minum dari tim pendamping. Aziz dan Reza berbaring dan dipijat kakinya oleh tim pendamping.
Perjalanan mereka masih panjang. Mereka akan selesai pada Jumat (10/4) di Doro Ncanga, lereng Gunung Tambora.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.