Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skuas, Penantian Tiga SEA Games

Kompas.com - 25/03/2015, 21:26 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Gairah besar menyelimuti tim skuas Indonesia menjelang pelaksanaan SEA Games Singapura 2015, 5-16 Juni. Tim asuhan pelatih Nuryanto itu berambisi meraih medali perak, mengulangi pencapaian Borman Subroto di Manila, Filipina, satu dekade silam.

 Prestasi Borman di nomor tunggal putra itu menjadi pencapaian tertinggi yang terakhir kali diraih tim "Merah Putih". Pada SEA Games 2007 di Thailand, cabang skuas hanya mempertandingkan nomor tunggal putra dan Indonesia gagal meraih medali. Sejak itu, skuas memasuki era kelam karena tak dipertandingkan di SEA Games Vientiane, Laos (2009); Jakarta/Palembang, Indonesia (2011); dan Naypyidaw, Myanmar (2013).

"Waktu itu, kami seperti ayam kehilangan induk. Para atlet mulai frustrasi karena jerih payah selama latihan tak berujung pada kesempatan membela tim Merah Putih," ungkap Nuryanto, Senin (23/3), di Jakarta.

Maka, semangat atlet skuas pun menyala ketika cabang tepok bola karet yang dipantulkan ke dinding itu dipertandingkan di Singapura tahun ini. Pengurus Besar Persatuan Skuas Indonesia (PSI) bergerak cepat dengan menyeleksi pemain sejak dua tahun lalu. Dari 20 atlet skuas berbakat di Tanah Air, PSI memilih empat atlet putra dan empat putri terbaik untuk masuk pelatnas yang digelar sejak Maret 2014.

Pemain putra terdiri atas Ade Furkon, Syauma Siswa Utama, Sandi Arisma Perdana, dan Eris Setiawan. Adapun di bagian putri ada Yeni Siti Rohmah, Catur Yuliana, Irma Maryani, dan Paulina Nojaflorina Radus. "Mereka langganan juara di tingkat nasional dan andalan daerah masing-masing di Pekan Olahraga Nasional," ujar Nuryanto.

Karena belum ada yang pernah tampil di SEA Games, mereka pun antusias menyambut tantangan di "Negeri Singa". Semangat itu setidaknya terlihat dalam suasana latihan di Pintu IX Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin. Yeni dan kawan-kawan sudah berkumpul 30 menit sebelum latihan dimulai pukul 16.00.

Di ruangan yang bersih dan terang itu, mereka menyiapkan peralatan sambil bersantai di deretan kursi yang tertata rapi di depan lapangan. Raket dengan bagian kepala berbentuk elips, menyerupai raket tenis, dikeluarkan dari tas, menunggu giliran menghantam bola karet ke arah dinding.

Tak lama kemudian, Yeni dan kawan-kawan berkumpul seiring bunyi peluit Simon Yang, pelatih asal Singapura. Simon membuka sesi latihan teknik sore itu dengan pemanasan dan peregangan. Mereka pun bergegas memasuki lapangan skuas yang salah satu sisinya bukan berupa dinding, melainkan kaca.

 Selama 15 menit, mereka melemaskan otot yang kaku setelah beristirahat dari latihan kebugaran di pagi hari. Setelah itu, latihan dilanjutkan dengan mengasah kemampuan teknik di empat lapangan yang tersedia di Gedung PB PSI. Mereka masing-masing berpasangan untuk berlatih sekaligus beradu tanding.

"Kami sudah memasuki fase latihan prakompetisi. Porsi latihan lebih banyak untuk meningkatkan kondisi fisik dan kemampuan teknik serta sedikit pematangan taktik bermain," ujar Simon. Menurut mantan atlet Singapura itu, kualitas teknik pemain Indonesia sebenarnya tak berbeda jauh dengan Malaysia dan Singapura, dua negara tetangga yang cukup menonjol di cabang skuas.

Hanya saja, atlet Malaysia dan Singapura unggul pengalaman bertanding di kancah internasional. Setidaknya, sebulan sekali, mereka mengikuti turnamen di Eropa atau Australia. Itu membuat mental terasah dan memiliki modal penguasaan strategi yang lebih luas. Bandingkan dengan atlet pelatnas yang hanya menjalani tiga kali uji coba ke luar negeri selama setahun terakhir.

Yeni dan kawan-kawan sempat beruji tanding ke Hongkong, Oktober 2014. Dalam turnamen "lapis kedua" itu, Catur meraih gelar juara tunggal putri dan Furkon membawa pulang perak tunggal putra. Sebulan kemudian, mereka mengikuti ajang yang lebih bergengsi di Singapura. Tim putri menempati peringkat ke-6 dan putra berada di urutan ke-8 dari 16 negara.

Dalam kejuaraan skuas se-Asia Tenggara pekan lalu di Singapura, tim putra dan putri membawa pulang perunggu. Emas dan perak direbut atlet dari Malaysia dan Singapura. "Malaysia memang dua langkah di depan kita. Dengan atlet lapis kedua saja, mereka masih mampu menjadi juara. Namun, dengan Singapura, kekuatan kita cukup berimbang," ungkap Yeni.

Atlet asal Jawa Barat itu, misalnya, bermain ketat saat melawan andalan Singapura Joannah Yue meski akhirnya kalah 2-3 (11-6, 4-11, 11-8, 3-11, 5-11). Pada pertemuan sebelumnya tahun lalu, Yeni mengalahkan Yue 3-2. "Permainan Yeni sebenarnya lebih matang sehingga kami berani menargetkan perak dari sektor tunggal putri," kata Nuryanto.

Selain itu, dua perak lainnya ditargetkan dari nomor beregu putri dan tunggal putra dari Furkon, atlet skuas putra terbaik Indonesia saat ini.

Guna menggusur Singapura dari posisi kedua di Asia Tenggara, PB PSI pun berencana memusatkan latihan di Hongkong pada 1-30 Mei. Alasan memilih Hongkong tak lepas dari banyaknya atlet skuas berkualitas yang bisa menjadi mitra uji tanding tim.

"Hongkong cocok untuk menjalankan fase latihan kompetisi yang butuh pematangan variasi taktik lewat simulasi pertandingan. Pemerintah sudah memberikan 'lampu hijau' soal rencana ke Hongkong," ungkap Nuryanto, mantan atlet nasional di era tahun 1990-an. (riz)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pernyataan Resmi Kylian Mbappe, Umumkan Kepergian dari PSG

Pernyataan Resmi Kylian Mbappe, Umumkan Kepergian dari PSG

Liga Lain
Timnas Brasil Tetapkan 23 Nama untuk Skuad Copa America 2024

Timnas Brasil Tetapkan 23 Nama untuk Skuad Copa America 2024

Internasional
Faisal Halim Penyerang Timnas Malaysia yang Disiram Air Keras Sukses Jalani Operasi Ketiga

Faisal Halim Penyerang Timnas Malaysia yang Disiram Air Keras Sukses Jalani Operasi Ketiga

Sports
Kurniawan DY Kutuk Keras Serangan Rasial kepada Guinea, Coreng Wajah Indonesia

Kurniawan DY Kutuk Keras Serangan Rasial kepada Guinea, Coreng Wajah Indonesia

Timnas Indonesia
Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Liga Inggris
Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Timnas Indonesia
Gia Cedera, Jakarta Pertamina Enduro Akhiri Kontrak

Gia Cedera, Jakarta Pertamina Enduro Akhiri Kontrak

Sports
VAR Mobile Meluncur Ke Arena Championship Series, Teknologi Baru Liga 1

VAR Mobile Meluncur Ke Arena Championship Series, Teknologi Baru Liga 1

Liga Indonesia
Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Timnas Indonesia
Saat Philippe Troussier Tonton Langsung Indonesia Vs Guinea...

Saat Philippe Troussier Tonton Langsung Indonesia Vs Guinea...

Timnas Indonesia
Indonesia Ikut Turnamen Toulon 2024, Gantikan Mesir, Segrup dengan Italia

Indonesia Ikut Turnamen Toulon 2024, Gantikan Mesir, Segrup dengan Italia

Timnas Indonesia
Bali United Vs Persib Pindah Arena: Maung Tak Masalah, Ada Keuntungan

Bali United Vs Persib Pindah Arena: Maung Tak Masalah, Ada Keuntungan

Liga Indonesia
Noda Rasialisme Usai Indonesia Vs Guinea: Tak Sehat, Citra Buruk di Mata Dunia

Noda Rasialisme Usai Indonesia Vs Guinea: Tak Sehat, Citra Buruk di Mata Dunia

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com