Sebelum melunasi pembayaran akomodasi dan konsumsi, kontingen Indonesia tidak bisa tinggal di perkampungan atlet yang akan dibuka mulai 15 September. Padahal, tim dayung sudah tiba di Korea Selatan sejak Selasa kemarin dan tim sepak bola berangkat Rabu ini.
Pelaksana Tugas Sekjen Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Hifni Hasan, Selasa (9/9), mengatakan, uang akomodasi dan konsumsi seharusnya dibayar melalui transfer sebanyak 80 persen sebelum pendaftaran kontingen atau delegate register meeting (DRM), Rabu ini pukul 11.00 waktu Incheon, Korsel. Sisanya, sebesar 20 persen, dibayar tunai atau transfer saat DRM.
"KOI meminta kepada panitia Asian Games agar DRM untuk Indonesia diundur pada Kamis (11/9) karena dananya belum ada. KOI akan menalangi biaya akomodasi dan konsumsi sebesar Rp 2,5 miliar untuk kontingen sebanyak 265 atlet dan ofisial dengan rincian 50 dollar AS per orang per hari. Panitia Asian Games terus bertanya kapan Indonesia ikut DRM," kata Hifni.
Hifni mengungkapkan, para atlet juga belum menerima uang saku dan perlengkapan kontingen, seperti jaket, kaus, dan sepatu. Uang saku untuk atlet rowing dan sepak bola yang berangkat lebih dulu terpaksa ditalangi induk organisasi masing-masing. PB PODSI menalangi Rp 350 juta dan PSSI menalangi Rp 500 juta.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Djoko Pekik mengatakan, Kemenpora masih terus memproses pencairan anggaran kontingen untuk uang saku, transportasi, dan akomodasi kontingen.
"Uang saku akan diberikan sebelum rombongan utama berangkat (14-15 September). Pencairan akan dilakukan lewat KOI. Tiap hari, tim teknis Kemenpora terus mengerjakan (proses pencairan) itu. Insya Allah, Kamis (11/9) besok kelar," ujarnya.
Berlarutnya pencairan anggaran untuk kontingen Indonesia di Incheon, ungkap Djoko, terjadi karena adanya perubahan mekanisme penyaluran anggaran. Adapun jumlah dana yang dianggarkan untuk keperluan kontingen yang berjumlah 316 orang (mencakup atlet, ofisial, dan pendukung) adalah Rp 16,5 miliar.
"Mulai tahun ini, mekanismenya bukan lagi block grant (dana bantuan) langsung ke KOI seperti tahun lalu, melainkan swakelola. Jadi, dana dibayarkan oleh Kemenpora sesuai ketentuan. Bukan kami ingin mempersulit, tetapi ini tuntutan akuntabilitas," ucapnya.
Ia mempersoalkan banyaknya cabang olahraga yang minta berangkat lebih awal ke Incheon. "Dayung, sepak bola, dan panahan minta berangkat lebih awal. Ada yang jauh sebelum hari-H," ungkapnya.
"Soal jadwal, ini memang urusan KOI dan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas. Namun, repotnya, kan, di anggaran. Kalau mau berangkat duluan, boleh saja. Itu ditalangi KOI dulu, asalkan itu (cabang olahraga) memang punya peluang (meraih) emas," ujarnya.
Dana sendiri
Tim dayung (rowing) yang berangkat lebih awal tidak memakai dana Kemenpora. PB PODSI menalangi biaya keberangkatan dan biaya tinggal di Korsel lebih awal. "Kami menalangi sekitar 17.000 dollar AS (sekitar Rp 195 juta)," ujar Manajer Rowing yang juga Wakil Ketua Umum II PB PODSI Budiman Setiawan.
Dana itu untuk biaya keberangkatan, makan, hotel, dan transportasi 13 atlet dan tiga ofisial dayung-rowing, 9-15 September. "Perkampungan atlet itu baru dibuka 15 September. Jadi, kami memilih memesan hotel di dekat Chengju Tangeum Lake, lokasi lomba dayung," ujar Budiman.
Dengan datang lebih dulu ke Korsel, ujar Budiman, para pedayung yang berlatih di Pangalengan pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) bisa beradaptasi dengan lingkungan di lokasi lomba di ketinggian 350 mdpl.
"Sesuai perhitungan, agar puncak performa atlet bisa dicapai pada 20 September atau saat hari lomba, mereka sudah harus pindah lokasi ke ketinggian lebih rendah sejak sekarang (agar bisa adaptasi). Itu sebabnya, kami mengejar keberangkatan lebih awal," ujar Budiman. (HLN/JON/WAD)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.