Banyak peserta yang menikmati pengalaman pertama mereka berlari hingga puncak menara.
"Vertical Running, seru! Ini pengalaman pertama saya berlari naik tangga sebanyak itu. Tapi saya memang terbiasa lari, jadi tidak apa-apa sampai atas," kata Dian Prasetyo, salah satu peserta yang berhasil finis hingga puncak menara.
Dian berharap lomba ini akan diadakan lagi. Ia pasti akan mendaftar lagi untuk mengikuti lomba tersebut.
Mengaku bukan pelari profesional, Dian cukup puas dengan hasil yang ia dapatkan saat mengikuti lomba, meski tidak menjadi juara. "Saya tidak mengincar juara, yang penting bisa finis saja sudah senang," aku Dian.
Peserta lain, Kartika, juga mengutarakan hal serupa, "Seru banget! Memang berat naik tangga sambil berlari, tapi ini pengalaman yang bagus, bisa naik sampai atas menara."
Sebelumnya, 2600 peserta yang mendaftar harus menjalani seleksi berupa berbagai tes kesehatan fisik. Para pendaftar itu akhirnya mengerucut menjadi 600 setelah menjalani tes, dua minggu sebelum ajang ini dimulai.
Tes kesehatan fisik ini dinilai perlu oleh panitia pelaksana karena tingginya resiko yang dihadapi peserta saat berlari menaiki menara BCA yang memiliki 56 lantai. Peserta yang memiliki hipertensi atau asma tidak diizinkan untuk mengikuti lomba ini agar tidak ada kejadian yang tidak diinginkan. Sebab, berlari dalam gedung berbeda dengan berlari pada permukaan datar di luar ruangan. Kemungkinan para peserta mengalami sesak napas karena kekurangan oksigen cukup tinggi.
Vertical running merupakan jenis olahraga baru di Indonesia. Teknisnya cukup sederhana, yaitu berlari ke atas gedung tinggi melalui tangga sebagai medan larinya. Puncak gedung merupakan garis finis untuk para pelari.