Walaupun sepak bola merupakan salah satu acara TV terpopuler, sejajar dengan dangdut, namun eksposur, yang didapatkan masyarakat luas mengenai olahraga, sangatlah minim. Di sinilah celah bagi para brand internasional sepak bola untuk mendorong konten-konten mereka ke masyarakat lokal.
Beberapa contoh sederhana adalah sapaan dari atlit dunia selama Lebaran ataupun Imlek. Banyak pula organisasi olahraga dunia memiliki akun sosial media lokal yang sudah diterjemahkan.
Namun, akses untuk menyaksikan pertandingan secara live, masih terbatas, baik dari sisi waktu maupun infrastruktur. Padahal, di dalam olahraga, unsur live tidak bisa tergantikan.
Maka bisa dipahami bahwa di Indonesia, berkat siaran live, sepak bola tetap menjadi program acara terpopuler.
Di sinilah, penggabungan antara konten lokal di luar pertandingan, dengan misalnya, askes ke pemain secara pribadi, atau momen-momen live pertandingan, menjadi sesuatu yang krusial untuk menarik atensi masyarakat di Asia.
Melalui hal-hal semacam itu, secara perlahan sebuah cabang olahraga bisa menjadi bagian dari konsumsi konten harian masyarakat.
Peran pemerintah
Di Amerika Serikat (AS), olahraga sudah menjadi industri entertainment, sedangkan di Asia, ia masih memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada pemerintah setempat.
Memang olahraga tidak bisa berjalan tanpa kolaborasi dari sektor pemerintah dan sektor privat. Di China misalnya, pemerintah menyuarakan agar perusahaan-perusahaan swasta ikut membiayai pengembangan olahraga di tingkat nasional maupun lokal, terutama sejak usia dini.
Hasilnya, kini China berhasil membuahkan hasil-hasil konkret di berbagai macam cabang olahraga.
Seperti semua industri lainnya, industri olahraga juga akan makin maju apabila keahlian mengelola organisasinya juga semakin tinggi. Keahlian semacam itu belum tentu dimiliki oleh pemerintah setempat.
Hal ini menjadi tantangan terbesar bagi para organisasi olahraga dunia untuk bisa masuk dan membangun brand mereka. Sebab, setiap negara memiliki regulasi yang berbeda, peran pemerintahan yang berbeda, dan tidak jarang kurangnya professionalism menjadi penyebab kerugian mereka.
Maraknya organisasi olahraga dunia untuk mengembangkan market mereka di Asia, seharusnya bisa memberi dampak positif bagi organisasi olahraga lokal. Mereka telah menyediakan berbagai macam akses informasi dan talenta.
Tingginya ketergantungan organisasi internasional tersebut pada keahlian dan pengetahuan lokal, secara tidak langsung dapat menjadi booster untuk industri olahraga nasional, asalkan kita mau terus belajar dan berkompetisi secara sehat.
Dari sisi bisnis, olahraga juga bisa menjadi alat untuk menjembatani berbagai instansi untuk memasuki sebuah pasar baru.
Saat ini, menggelontor uang saja tidak cukup untuk mengikat pasar di Asia.
Negara-negara seperti Indonesia, yang menjadi salah satu sasaran utama organisasi olahraga internasional, harus memiliki visi jangka panjang, agar bisa memaksimalkan keberadaan para expert untuk berkontribusi membantu pengembangan olahraga nasional. (Gabriella Putri Witdarmono, S-2 Sport Management Columbia University, New York; kini bekerja di klub sepak bola)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.