BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan 76 Rider

Meski Nyawa Terancam, Ini Alasan Pebalap Geluti "Freestyle Motocross"

Kompas.com - 05/11/2018, 08:21 WIB
Mikhael Gewati,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Pagi itu, nampak seorang pebalap mengenakan jersey set warna hijau muda kombinasi hitam melayang di udara bersama sepeda motornya. Sesaat setelah itu, ia bersama si kuda besi langsung jatuh ke bawah matras berukuran besar.

Nama pebalap itu adalah Agha Riansyah Putranto. Saat itu, dia sedang menaklukkan rintangan atau handicap 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX di Sirkuit Powertrack, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, Selasa (15/5/

Handicap yang baru kali pertama dijajal di Indonesia dan Asia Tenggara ini adalah trek berbentuk seperti jaring-jaring besi menanjak setinggi 5 meter.

Beruntung bagi Agha beberapa kali melakukan tantangan itu posisi jatuhnya tidak tertimpa sepeda motor. Ia bahkan bisa mendarat di matras dengan posisi berbeda dengan tunggangannya.

Coba bayangkan bila Agha mendarat pada posisi yang sama dengan si kuda besi. Walaupun memakai helm, jersey set, sarung tangan dan sepatu khusus balap, tubuhnya akan berbenturan dengan bodi, stang, serta mesin sepeda motor trail berkubikasi 250cc.

Kalau hal itu terjadi, bisa jadi pebalap berusia 26 tahun ini akan mengalami luka lebih serius. Bisa saja luka dalam, patah tulang, bahkan lebih parah lagi.

Hebatnya, pebalap asal Pasuruan Jawa Timur ini hanya mengalami luka ringan dan memar di salah satu pergelangan tangannya.

"Kuncinya ada di feeling (saat) landing atau mendarat. Kalau pada gaya freestyle lain, motor mendapat gaya dorongan ke depan, sedangkan ini tunggangan mendapat dorongan ke atas. Jadi saya harus mendorongnya ke samping karena kalau tidak, motor akan mundur begitu saja," ucapnya.

Memang keberhasilan Agha dalam menaklukkan tantangan 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX bukanlah suatu kebetulan.

Rider asal Pasuruan Jawa Timur itu sudah punya dasar kuat sebagai pebalap nasional motocross. Ia bahkan pernah menjadi jawara dalam kejurnas (kejuaran nasional) motocross kelas MX2 Novice pada 2009.

Lebih dari itu, Agha juga sudah terbiasa melakukan atraksi berbahaya dalam freestyle motocross. Ia sudah mulai menggeluti bidang ini sejak 3,5 tahun yang lalu.

Menurutnya dengan terjun di dunia freestyle motocross memberikan warna berbeda dalam karier balapnya. Terlebih dari atmosfer penontonnya.

"Ketika saya lepas tangan, mereka bertepuk tangan. Jadi saat melakukan freestyle motocross ada interaksi dengan penonton. Nah, atmosfir ini beda banget dengan balapan motocross yang lebih serius," ucap Agha dengan semangat.

Makanya meski lebih membahayakan keselamatan diri sendiri dibanding balapan motocross, Agha malah ketagihan bergelut di bidang ini.

"Alhamdulillah selama freestyle saya malah enggak ada cedera serius. Cuma cedera patah jari kiri sama memar-memar saja," tutur Agha.

Malah menurutnya, cedera yang ia terima saat menekuni freestyle motocross jauh lebih ringan dibanding ketika mengikuti event balap motocross.

Agha Riansyah Putranto berfoto di atas rintangan atau handicap 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX di Sirkuit Powertrack, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, Selasa (15/5/2018).KOMPAS.com/Mikhael Agha Riansyah Putranto berfoto di atas rintangan atau handicap 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX di Sirkuit Powertrack, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, Selasa (15/5/2018).
Tercatat Agha pernah mengalami 2 kali geger otak ringan, 2 kali patah tulang (clavicula dan jari tangan kiri), ligament acl rebok, dan dislokasi (tulang bergeser dari posisi).

"Meski pernah cedera berat, alhamdulillah saya enggak trauma. Mungkin karena dasarnya suka tantangan dan pingen buktiin bahwa selama di dunia balap dan freestyle ini malah membawa saya ke arah yang positif," kata dia.

Selain menaklukkan handicap 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX, Agha pada kesempatan yang sama menaklukkan pula tantangan 35 meter Long Table Top. Sama dengan tantangan sebelumnya, atraksi tersebut kali pertama dilakukan di Indonesia.

Rider yang mengawali karir balapnya di kejurnas motocross ini menaklukkan dua tantangan tersebut dalam rangka shooting iklan atau TVC 76 Rider.

Agha sendiri adalah bagian dari 76 Rider, yaitu wadah komunitas untuk rider-rider terbaik di Indonesia yang bukan hanya bernyali, melainkan juga punya prestasi di bidang masing-masing atau dikenal dengan #NyaliAjaNggaCukup.

Selain aktif dalam bidang freestyle motocross, Agha juga ikut kejuaraan Trial Game 2018. Event tersebut merupakan kejuaraan balap berbasis motor trail.

Ada dua kategori balap pada kejuaraan tersebut, yaitu Trial Game Dirt (TGD) dengan trek balap tanah dan Trial Game Asphalt (TGA) yang menggunakan kombinasi trek tanah dan aspal. Dari dua kategori ini Agha ikut balapan di TGD.

Kalau Agha terjun ke dunia freestyle motocross karena ingin membawa dirinya ke arah yang lebih positif, bagaimana dengan Anda? Apa hobi atau aktivitas yang membawa Anda ke arah yang positif? Atau jangan-jangan malah tertarik berkecimpung di bidang freestyle motocross?


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com