JAKARTA, Kompas.com - Malam pembukaan Asian Games ke 18/2018 di Stadion utama Gelora Bung Karno, Minggu (18/08/2018) malam berlangsung lancar dan menyenangkan.
Penonton yang memenuhi setengah bagian stadion utama yang dapat digunakan senang dengan kejutan demi kejutan yang muncul sepanjang acara. Sejak pre-opening yang diisi dengan baik oleh duet Ronald dan Tike serta sederetan penyanyi. Keduanya mampu memancing emosi penonton untuk bersedia terlibat dengan kemeriahan yang dipancarkan dari panggung.
Saat masuk acara pembukaan resmi, kejutan demi kejutan kembali menghantam dinding emosi penonton. Terutama saat kejuatan diberikan Presiden Joko Widodo yang masuk ke tempat acara dengan mengendarai motor dan berhenti di bagian bawah stadion sebelum naik tribun kehormatan. Tak ayal, "atraksi gaya Mission Impossible" Jokowi ini mendapat sambutan meriah dari pengunjung.
Kejutan lain diberikan Erick Thohir dan Inasgoc serta Sheikh Sahad Al-Sabah dari OCA ketika memberi sambutan. Erick berkali-kali menyinggung dan seperti mengajarkan kepada para kontingen 45 negara-negara Asia tentang falsafah hidup bangsa Indonesia, dari Pancasila hingga Bhinneka Tunggal Ika. Ia menyinggung pula tentang bagaimana keberagaman tersebut sebenarnya menjadi ciri bangsa-bangsa Asia, termasuk pula beragaman dalam beragama.
"Karena itu kami bangga sekali dengan fakta bahwa Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia dapat memberi contoh tentnag kehidupan bermasyarakat yang harmonis," kata Erick.
Sementara Sheik Sahad Al-sabah memberi kejutana kepada para penonton dengan pujiannya kepada Presiden Jokowi, Erick Thohir dan timnya serta memberi bonus dengan ucapan-ucapan bahasa Indonesia seperti,"Selamat malam," sampai,"Saya sayang kalian..."
Sementara pada acara apokok, kita dihadiri kejutan dari para koreografer senior Denny Malik dan Eko Supriyanto yang mampu mengemas tarian tradisional Saman dari Aceh menjadi suatu pertunjuka yang sangat menarik dan harmonis dan update. Tentu butuh kerja keras untuk menyiapkan ratisan penari muda untuk mampu bergerak dengan semangat "Saman" dan menata pula fisik dan stamina mereka untuk terus bergerak mengiringi defile para atlet selama sekitar satu jam.
Para atlet pun tak mau ketinggalan memberi kejutan. Para atlet Indonesia yang akan bertanding muncul paling akhir dengan barsian paling panjang. Mereka seakan ingin memuaskan sambutan penonton kepada mereka. Satu hal yang merupakan pisau bermata dua. Bisa dibayangkan bagaimana kecewanya para pendukung ini bila kemudian para atket kita hanya akan jadi pecundang di kandang sendiri.
Sementara para mantan atlet yang menjadi barisan pembawa obor paling akhir juga memberi kejutan dengan stamina dan daya tahan mereka serta disiplin untuk mengikuti acara hingga tugas mereka tuntas. Sejak Lely Sampurno yang meraih medai perak di Asian Games IV di Jakarta, 56 tahun lalu, Yustedjo Tarik yang di usia akhir 60-an masih membawa obor dengan berlari hingga peraih emas Olimpiade 1992, Susy Susanti yang dengan lancar mendaki gunung untuk menyalakan api di kaldron yang berada di mulut puncak gunung.
Kejutan akhir diberikan para pengisi acara seperti Raisa, Tulus, Via Valen, Edo Kondologit hingga diaspora macam Joey Alexander dengan permainan pianonya dan Anggun C. Sasmi yang memberi semangat lewat lagu "Pemuda." Sebuah rangkaian yang pas untuk pertunjukan selama hampir tiga jam acara resmi.
Sayang kejuatan buat sebagian jurnalis di bagian media Stadion Utama GBK berupa hal yang tak menyenangkan. Tiadanya koneksi internet dan sinyal yang buruk membuat semua keindahan dan kemegahan yang terpampang hanya dapat disimpan dan tertunda untuk disebarluaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.