KOMPAS.com - Soeharto. Puluhan tahun silam, namanya pernah mengharumkan Indonesia di arena olahraga paralimpik tingkat dia.
Soeharto adalah seorang atlet tunanetra yang pernah mencatatkan prestasi di kejuaraan paralimpik nasional dan dunia.
Kisah Soeharto awalnya sempat dibagi ulang oleh sejumlah netizen setelah akun @partners_in_goodness mengunggahnya beberapa hari lalu.
Saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/7/2018), Soeharto mengungkapkan, kini kesehariannya diisi dengan merawat istrinya, Astuti (75), yang menderita tumor otak sejak 2015.
Astuti tengah menjalani pengobatan di RSUD Muh. Soewandi, Tambak Rejo, Surabaya. Dalam menjaga istrinya selama menjalani perawatan di rumah sakit, Soeharto dibantu oleh sejumlah petugas linmas yang ditempatkan oleh Pemkot Surabaya.
Soeharto juga menjalani profesi sebagai tukang pijat di kampungnya, untuk menyokong perekonomian keluarga.
Sekali pijat, ia biasanya mendapatkan upah sebesar Rp 100 ribu. Namun, Soeharto juga harus membagi waktu antara merawat istri dengan bekerja.
"Pernah saya dalam empat bulan hanya dapat dua pelanggan," ujar Soeharto, Kamis siang.
Prestasi
Kemudian, Soeharto berkisah mengenai kiprahnya di olahraga. Ketika berusia 26 tahun, ia mengalami gangguan penglihatan.
"Cabang saya itu banyak. Hampir semua cabang saya ikuti, tapi yang sukses itu di lempar lembing, tolak peluru," ujar Soeharto.
Pada 1976, Soeharto mendapatkan dua perunggu dari lari cepat dan tolak peluru dalam Far East and South Pacific (FESPIC) Games for Disabled di Jakarta.
Ia juga mengikuti ajang pancalomba. Pancalomba merupakan olahraga multi-cabang yang terdiri dari lompat jauh, lempar lembing, lari 100 meter, renang, dan tolak peluru.
Ajang tersebut merupakan pendahulu Asia Para Games yang ini menjadi ajang kompetisi bagi atlet penyandang disabilitas.
Pada cabang lempar lembing, Soeharto pernah mengharumkan nama Indonesia dengan membawa pulang medali emas dan dua medali perunggu dalam rangkaian pancalomba.