4. Latihan
Secara teori, manusia dapat berlari dengan kecepatan maksimal 65 km/jam. Hal ini berdasarkan studi dari Peter Weyand (Southern Methodist University) yang menggunakan eksperimen perhitungan beban maksimal dan repetisi yang mampu ditolerir kaki manusia.
Padahal manusia tercepat saat ini, Usain Bolt, baru mampu berlari dengan kecepatan 45 km/jam. Lalu bagaimana manusia dapat meningkatkan kecepatannya 20 km/jam lagi?
Weyand mengatakan bahwa para pelari top dunia saat ini belum berhasil mengeluarkan potensi maksimal mereka.
Dia membuktikan dengan melakukan eksperimen di treadmill, di mana para pelari bisa membuat catatan waktu yang jauh lebih baik dibanding ketika mereka berlari di lintasan biasa.
Baca juga: Lalu Muhammad Zohri Dapat Dispensasi Masuk TNI
Di treadmill, para pelari bisa meningkatkan intensitas dan frekuensi ayunan kakinya karena bantuan lintasan treadmill yang berputar.
Kondisi juga mungkin dipengaruhi psikologi para peserta eksperimen yang tanpa sadar berusaha sekuat tenaga untuk tidak jatuh dari treadmill.
Penelitian Weyand ini menunjukkan bahwa secara teori (di atas treadmill), intensitas dan frekuensi ayunan kaki pelari masih bisa dipercepat lagi (sampai mencapai kecepatan 65 km/jam maksimum).
Tinggal bagaimana cara pelari mendesain latihannya agar dia juga bisa mencapai intensitas dan frekuensi tersebut di lintasan sebenarnya.
Beberapa metode latihan telah dikembangkan untuk mencapai kecepatan optimum yang bisa dicapai oleh manusia.
Keempat faktor di ataslah yang di antaranya berperan dalam meningkatkan catatan waktu para pelari 100 meter. Sekaligus juga menjawab pertanyaan utama di awal tulisan ini: "Benarkah manusia makin cepat?"
Jawabannya, "Ya", dalam konteks penggunaan teknologi sebagai alat bantu serta rancangan metode latihan untuk mengeluarkan potensi optimal manusia.
Ini semua berpatokan pada teori bahwa manusia seharusnya mampu berlari dengan kecepatan 65 km/jam.
Saya yakin, Indonesia melalui PB PASI telah melihat keempat faktor yang diulas di atas sebagai bagian dari strategi peningkatan prestasi di masa depan. Termasuk juga saya meyakini bahwa Gen ACE/ACTN3 dengan varian 577RR yang dominan pasti juga bisa ditemukan di salah satu dari ratusan suku bangsa dan etnik di Indonesia.
Keragaman dan kekayaan variasi genetika inilah yang harus kita maksimalkan dengan melakukan penelitian yang sistematis dan terintegrasi.
Semoga sedikit rangkuman dan ulasan ini bermanfaat. Salam olahraga!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.