(2) signifikan jika atlet tersebut menggunakan sepatu tanpa spikes;
(3) tidak signifikan antarjenis dan model spikes yang berbeda.
Teknologi material lintasan lari juga berkembang untuk mengurangi penetrasi spikes ke dalam lintasan.
Hal ini karena spikes yang menancap ke lintasan justru membuat pelari harus mengeluarkan energi yang lebih besar untuk mengayunkan langkah berikutnya.
Pada Olimpiade London 2012, teknologi trek baru diperkenalkan dengan menggunakan dua layer yang masing-masing berperan untuk memberikan cengkeraman (grip) dan di saat yang sama meminimalkan kedalaman penetrasi spikes.
2. Seleksi genetik
Terjadi seleksi genetik yang dilakukan semua cabang olahraga dalam 30 tahun terakhir. Khusus untuk lari 100 meter, terdapat studi yang meneliti genetika para sprinter asal Jamaika termasuk Usain Bolt yang mendominasi cabang ini.
Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa para atlet Jamaika memiliki gen ACE (angiotensin-converting enzyme, atau D Allele) yang lebih tinggi dibanding dibanding rata-rata manusia. Gen ini berperan untuk memompa oksigen ke dalam otot melalui darah.
Di dunia ini, kadar gen ACE paling tinggi dimiliki oleh manusia yang berasal dari pantai barat Afrika. Dari sanalah nenek moyang orang Jamaika berasal.
Baca juga: Zohri Banjir Sanjungan, Bagaimana Efek Psikologisnya?
Orang Jamaika menjadi lebih spesial karena nenek moyang mereka yang berasal dari pantai barat Afrika telah mengalami "seleksi" dalam perjalanan di kapal-kapal yang mengangkut mereka sebagai budak ke Jamaika.
Ruang kapal yang pengap dan rendah oksigen mengakibatkan ratusan ribu budak meninggal dalam perjalanan. Hanya mereka yang punya daya tahan tinggi saja (terutama yang memiliki gen ACE tinggi) yang berhasil bertahan.
Inilah yang kemudian diwarisi oleh para atlet Jamaika, yaitu varian gen ACTN3 dengan kode 577RR yang menentukan kekuatan otot untuk melakukan kontraksi secara repetitif (dalam bentuk asupan oksigen melalui darah).
Hampir 75 persen atlet Jamaika memiliki varian ini, sedangkan hanya 70 persen saja atlet kulit hitam Amerika Serikat yang memilikinya.
3. Angin dan ketinggian
Oleh IAAF, angin dan ketinggian secara resmi dimasukkan sebagai faktor yang memengaruhi kecepatan pelari. IAAF selalu mencantumkan kecepatan angin dan arahnya ketika mencatat sebuah rekor baru.
Ketinggian lokasi pertandingan juga dianggap berpengaruh karena di dataran rendah angin cenderung berembus lebih kencang dibandingkan di dataran tinggi.
Makin banyaknya stadion atletik indoor juga dianggap memberi kesempatan bagi IAAF untuk menghitung catatan waktu dalam lingkungan yang terkontrol.