JAKARTA, KOMPAS.com - Lalu Muhammad Zohri, pelari Indonesia yang menjadi juara dunia dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 untuk nomor 100 meter putra mendapatkan sorotan dunia dan publik Tanah Air.
Ia mencatat sejarah sebagai pelari pertama Indonesia yang menjadi juara dunia.
Pujian dan sanjungan dilayangkan untuk Zohri.
Besarnya perhatian publik membuat Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia ( PB PASI), Mohamad Hasan, mengingatkan agar kemenangan Zohri tidak dibesar-besarkan.
Ia khawatir akan muncul ketidaktenangan pada Lalu Muhammad Zohri.
Baca juga: TGB: Bonus Rp 200 Juta untuk Zohri
Apa efek psikologis bagi Zohri dengan berbagai pujian dan respons, dan bahkan bantuan yang demikian besar diterimanya?
Konselor Olahraga Dianita Luschinta mengatakan, tidak masalah memberikan pujian terhadap seseorang atas pencapaiannya. Akan tetapi, sebaiknya dilakukan secara wajar.
Prestasi yang telah diukir Zohri, kata dia, harus dijadikan motivasi untuk orang lain.
"Untuk menyanjung sih sewajarnya ya. Memuji atas torehan prestasi yang berhasil diukir Zohri, sekaligus memberikan dukungan agar dia dapat selalu menjadi lebih baik dan menginspirasi lebih banyak orang gitu. Jadi ya enggak memuji atau memperlakukan dia secara berlebihan dengan menjadikan dia bintang. Karena pujian yang berlebihan juga bisa jadi bumerang untuk Zohri sendiri nantinya," kata Shinta kepada Kompas.com, Jumat (13/7/2018).
Efek Star Syndrome
Shinta menilai, pemberitaan luas terkait Zohri juga bisa mengarah timbulnya efek sindroma bintang atau star syndrome.
Akibatnya, sang atlet kurang peduli terhadap faktor-faktor yang membuatnya bisa berprestasi.
"Seperti yang sudah-sudah, efeknya nanti bisa mengarah ke sindroma bintang, star syndrome. Dia merasa benar-benar sudah jadi bintang, di mana-dimana diperhatikan, dan akhirnya kurang peduli dengan faktor-faktor yang awalnya bikin dia bisa berprestasi seperti itu," kata Shinta.
Baca juga: INFOGRAFIK: Lalu Muhammad Zohri
Menurut Shinta, respons yang diberikan masyarakat terhadap Zohri saat ini masih dalam batasan wajar.
"Wajar. Menurut saya itu justru apresiasi yang bagus. Karena sekaligus membuat dorongan untuk atlet-atlet lain agar lebih berprestasi. Penghargaan yang layak untuk seseorang yang mengharumkan nama bangsa," lanjut dia.
Perlakuan untuk atlet
Shinta juga mengingatkan publik untuk memperlakukan atlet-atlet muda yang berprestasi secara proporsional.
Atlet-atlet muda masih membutuhkan bimbingan mental dan tetap mengedepankan sprotivitas.
"Untuk atlet muda dari awal harusnya ada bimbingan secara mental ya. Dan yang pasti, bimbingan untuk menjunjung tinggi sportivitas," kata dia.
Baca juga: Cerita Zohri Minta Dibelikan Sepatu Rp 400.000 Sebelum Latihan untuk Kejuaraan Dunia
Sementara, untuk sang atlet, ia mengatakan, sanjungan yang diterima hendaknya dijadikan pengingat untuk tetap fokus dan berprestasi.
"Ada kalanya atlet tidak perlu menanggapi berlebihan soal sorotan pada dirinya. Mungkin bisa di atasi dengan sharing and caring ya, baik dari pelatihnya maupun keluarga. Jadi sekaligus jadi pengingat untuk tetap fokus di jalurnya berprestasi, meski sesekali menikmati kebintangannya itu enggak masalah," ujar dia.
Shinta menambahkan, masyarakat mempunyai peran besar atas respons yang diberikan kepada si atlet.
Baca juga: JEO-Lalu Muhammad Zohri, Debutan Pelari Pengganti yang Jadi Juara Dunia U-20
"Beri pujian sewajarnya dan tetap memberikan dukungan agar dia mau semakin berprestasi sekaligus menginspirasi orang lain. Intinya sih masyarakat juga punya peran besar untuk membuat seseorang agar tidak mudah terbang karena pujian dan tidak mudah tumbang karena cacian," kata Shinta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.