JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan 16 tahun tim Piala Uber Indonesia membuahkan hasil pada 1975.
Untuk pertama kalinya, Indonesia berhasil meraih Piala Uber setelah mengalahkan juara bertahan, Jepang, pada babak final yang berlangsung 6 Juni 1975 di Istora Senayan, Jakarta.
Tim Indonesia dipimpin oleh pebulutangkis kawakan, Minarni. Anggota tim Uber lainnya adalah Taty Sumirah, Utami Dewi, Theresia Widiastuty, Imelda Wigoena, dan Regina Masli.
Namun, di balik euforia kemenangan, tersisip rasa "terlupakan" di benak para srikandi bulutangkis saat itu.
Beberapa hari setelah pesta kemenangan, seperti dikutip dari Harian Kompas, 11 Juni 1975, tak ada sisa-sisa kegembiraan yang terlihat di Jalan Manila, Senayan, tempat para atlet putri bermukim.
Sepi. Lesu.
"Umur kepahlawanan mereka, hanya berusia 4 hari. Ibarat pengantin yang menunggu ucapan selamat dari tamu yang tak pernah muncul," demikian untuk menggambarkan suasana yang berbanding terbalik pasca kemenangan.
Baca juga: Harapan Menang Saat Tim Uber Hadapi Thailand
Kala itu, Regina Masli, yang bersama Minarni menjadi penentu kemenangan Indonesia, tengah terbaring sakit. Seorang dokter telah memeriksanya. Akan tetapi, tak ada yang menjenguk.
Sementara itu, di kamar lainnya, Theresia mengemasi buku-bukunya. Sebulan lagi, Theresia, yang tercatat sebagai mahasiswi ASMI, harus menghadapi ujian akhir semester.
Demikian pula Imelda Wigoena, yang saat itu masih berstatus mahasiswi ABA Bandung.
Sementara, Minarni sudah terlibat dengan pekerjaan rutinitasnya mengurus keluarga.
Adapun, Utami Dewi memilih kembali ke rumah kakaknya, Rudi Hartono, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sedangkan Taty Sumirah telah pulang ke rumah ayahnya di Rawamangun, Jakarta Timur.
Digambarkan pula bahwa yang terjadi pada tim Uber Indonesia ini jauh berbeda dengan suasana saat Indonesia pertama kali memboyong Piala Thomas pada 1970.
Saat itu, seluruh pemain dan officiall diundang ke Istana dan menerima Satya Lencana Kebudayaan. Demikian pula saat Piala Thomas dipertahankan tiga tahun kemudian.