Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Atlet Nasional, Persaingan IDH Seri 1 Terbuka Lebar

Kompas.com - 21/04/2018, 21:32 WIB
Tjahjo Sasongko

Editor

BANTUL, Kompas.com - Tanpa nama-nama seperti Popo Ariyo Sejati, Khoiful Mukhib, dan Hildan Afosma Katana yang kerap memuncaki podium, gelaran 76 Indonesian Downhill seri 1  di Bukit Hijau Bike Park, Imogiri, Bantul, pada 21-22 April ini tetap berlangsung sengit.

Popo, Mukhib, dan Afos yang tergabung dalam pelatnas MTB Asian Games 2018 saat ini sedang berada di Australia, bersama Nining Purwaningsih, untuk menjalani pemusatan latihan.

Direktur Indonesian Downhill, Parama Nugroho, melihat absennya para atlet nasional tidak akan mengurangi serunya kompetisi di Bukit Hijau Bike Park. “Absennya atlet pelatnas justru membuka peluang untuk atlet lain naik podium. Saya mengharapkan ada kejutan dari pembalap lain karena mereka punya kesempatan untuk menjadi yang tercepat,” ujar pria yang akrab disapa Nunung itu, Sabtu (21/4).

Prediksi Nunung memang tidak meleset. Saat seeding run, atau pengambilan waktu terbaik untuk penentuan posisi start, Pahraz Salman Alparisi, yang turun di kelas men’s junior justru mencatat waktu tercepat secara keseluruhan dengan dua menit 16.205 detik. Catatan waktu itu bahkan lebih cepat daripada catatan waktu tercepat di kelas men’s elite A milik Robert Agung Wahyudi.

Pahraz mampu melibas trek Bukit Hijau yang memiliki karakter sulit dan elevasi yang terjal dengan mulus. Catatan waktu miliknya lebih cepat 31 detik dari pesaing terdekatnya di kelas men’s junior, Abdul Muhaimin.

Di kelas men’s elite, Robert yang turun membela Garuda FJC Team ISSI Blora melibas trek Bukit Hijau dalam waktu dua menit 17.991 detik, sementara Mulyadi Ateng dari tim Gopad berada di urutan kedua dengan waktu dua menit 19.134 detik.

Ateng mengaku bermasalah dengan pemilihan racing line sehingga dia kehilangan banyak waktu. “Tadi saya pilih jalur B, jadi kehilangan momentum ke bawahnya, tepat sebelum jembatan. Insya Allah, besok saya bisa memperbaiki waktu dan tampil lebih cepat,” katanya usai seeding run.

Sementara itu, di kelas master expert A, yang dihuni oleh mantan atlet nasional, juga terjadi persaingan ketat. Nur Warsito, yang seharusnya turun di kelas master expert B karena faktor usia, malah naik ke kelas master expert A agar bisa bersaing dengan pembalap yang lebih muda.

Hasilnya, juara PON 2012 ini mencatat waktu tercepat dua menit 39.339 detik, disusul peraih medali emas SEA Games 2011, Pornomo, yang mencatat waktu 4,5 detik lebih lebih lambat. Chrisdian Mardianto di urutan ketiga dengan waktu dua menit 47.774 detik. “Tadi di berm terakhir saya ambil jalur luar, jadi punya daya lebih untuk memacu sepeda. Ternyata bisa lebih cepat,” ujar Nur Warsito membuka resepnya menaklukkan trek.

Mereka yang mencatat waktu tercepat akan mendapat giliran start terakhir pada final run, yang berlangsung Minggu (22/4).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com