KOMPAS.COM - Juara Dunia MotoGP 2006, Nicky Hayden (Amerika Serikat), meninggal dunia pada usia 35 tahun, Senin (22/5/2017). Hayden meninggal setelah lima hari dirawat di Rumah Sakit Bufalini di Cesena, Italia.
Hayden mengalami kecelakan saat bersepeda di daerah Rimini, Italia, Rabu (18/5/2017).
Dia tertabrak sebuah mobil dan dikabarkan mengalami cedera serius di bagian kepala dan dada. Dia tidak pernah sadar hingga meninggal dunia.
Motogp.com merangkum beberapa hasil wawancara mereka dengan pebalap berjulukan "The Kentucky Kid" yang dikenal sangat baik dan ramah tersebut. Berikut beberapa di antaranya.
Kapan mengenal sepeda motor...
"Saya sering ditanya soal ini dan sebenarnya saya tidak ingat karena saya lupa kehidupan saya sebelum mengenal motor. Sejak saya masih merangkak, saya sudah berada di sekitar motor. Ayah saya dulu pebalap, bahkan ibu saya juga balapan karena ayah saya.
Ayah saya ingin perempuan yang cepat (saat balapan) karena ingin anak-anak yang bisa cepat juga. Ayah saya berasal dari Kentucky, di mana balap kuda sangat populer, dan garis keturunan sangat penting. Jadi, ibu dan ayah saya, keduanya balapan. Kakak saya balapan, dan sejak saya bisa merangkak, saya sudah mengenal motor."
Tentang dunia balap...
"Balapan motor merupakan hidup saya. Itu yang saya tahu, itu yang selalu saya lakukan, keluarga saya melakukannya, teman-teman saya juga, dan ini benar-benar lebih dari sekadar pekerjaan. Ini soal hasrat. Motor merupakan jalan hidup bagi saya."
Mulai balapan dirt track...
"Saya memulai balapan di dirt track. Di situlah ayah saya sangat menguasai, dan kami memulai dari dirt track. Masalahnya adalah, di Amerika tidak banyak kesempatan bagi pebalap dirt track. Tak banyak pebalap yang dibayar, hanya ada dua pebalap pabrikan, dan idola ayah saya selalu Kenny Roberts.
Kenny Roberts merupakan salah satu yang meninggalkan dirt track dan beralih ke balapan di sirkuit aspal. Melihat hal itu, melihat masa depannya, kami berpikir untuk mencoba membuka peluang, mendapatkan dukungan lebih, dan mencari orang-orang yang bisa membantu.
Dan kami mencobanya. Saya suka dirt track, tetapi seketika saya suka balapan di sirkuit aspal, terutama karena lintasannya lebih panjang, lebih bervariasi, ada tanjakan, turunan, tikungan ke kanan dan ke kiri.
Satu hal lagi yang saya sangat suka adalah ketika hujan. Di dirt track, ketika hujan, kamu tidak bisa balapan, dan ketika anak-anak, saya benci hujan. Kamu sangat bersemangat (untuk balapan), tetapi kemudian harus kembali pulang dengan kesal (karena hujan). Itulah mengapa saya suka balapan di lintasan aspal, dan saya langsung suka dengan kecepatannya."
Kenangan masa kecil...
"Sebagai anak-anak, saya punya mimpi besar. Hanya satu yang saya inginkan. Saya tidak pernah berkata, 'Kalau sudah besar, saya ingin menjadi astronot atau presiden'. Saya tidak punya mimpi itu saat masih anak-anak. Saya selalu ingin menjadi pebalap Grand Prix.
Orang-orang kadang bertanya kepada ayah saya, 'Apakah kamu harus memaksa dia supaya latihan balapan?'. Mereka lalu tertawa, karena (ayah saya menjawab), 'Tidak, saya harus memaksa dia mengerjakan pekerjaan rumah atau menggosok gigi, tetapi tidak pernah memaksa untuk balapan dengan motor'. Saya balapan karena suka dan sekarang masih menyukainya."
Rahasia kecepatan saat balapan...
"Saya tidak benar-benar tahu bahwa ada satu rahasia bagaimana memacu motor di level yang tinggi. Tentu saja dibutuhkan bakat, tetapi butuh mental kuat untuk punya keinginan memacu motor hingga maksimal. Dari yang saya pelajari, saya yang semakin tua, ini bukan hanya soal pebalap dan apa yang akan kamu lakukan di lintasan.
Ini soal tim yang tepat di belakangmu, perlengkapan yang tepat, memiliki para engineer yang membantumu, dan kami bisa memberikan masukan untuk memudahkan pekerjaanmu. Jadi, ada banyak hal di belakang layar daripada yang dilihat orang."
Ketika motor dan pebalap menjadi satu...
"Menurut saya, itu sangat benar. Ini seperti menari (dansa). Kamu harus bekerja bersama, menari bersama, dan ketika kamu terus melawan motor, kamu tidak akan bisa cepat. Ketika kamu benar-benar cepat, dan kamu bergerak bersama motor, itu akan menjadi satu irama. Saya bisa katakan, ketika kamu bisa melaju cepat dengan motor, kamu sedang berada di area tertentu.
Karena ketika kamu membalap dengan kecepatan 220 mil per jam (350 km per jam), semua harus soal kebiasaan, alami, insting, refleks, karena kamu tidak boleh terlalu memikirkannya. Pada kecepatan itu, jika kamu terlalu banyak berpikir tentang apa yang akan kamu lakukan, akan terlambat. Kamu akan melewatkan titik pengereman, waktu menarik gas, dan kapan harus berganti posisi.
Menurut saya, itulah mengapa memulai balapan sejak muda (anak-anak) akan membantu pebalap, karena ketika kamu mulai sejak anak-anak, kamu akan memunculkan hal-hal itu. Seperti kata orang, mengendari motor itu, semakin alami, semakin mudah."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya."The nicest man in Grand Prix racing"
Thanks for the memories, Nicky. #RideOnKentuckyKid pic.twitter.com/BX4VvGgKWC
— MotoGP™ (@MotoGP) May 22, 2017