KOMPAS.com — Indonesia tidak lagi diragukan kemampuannya dalam cabang olahraga bulu tangkis. Negeri ini memiliki segudang nama anak bangsa yang siap mengharumkan nama Indonesia.
Banyaknya nama atlet bulu tangkis berkualitas ini membuat PBSI harus memikirkan matang-matang formasi baru yang akan diturunkan.
Bukan hanya dari bulu tangkis. Sepak bola negeri ini pun punya kabar tentang nama calon pelatih yang akan menakhodai timnas Indonesia, juga ke arah mana gaya bermain akan berkiblat. Semua ini terangkum dalam headline pilihan hari ini.
Selagi menunggu pengukuhan status sebagai Ketua Umum PBSI yang baru, Jenderal (Purn) TNI Wiranto sudah mulai bergerak membenahi organisasinya. Beberapa atlet senior pun dirotasi guna ikut membagikan pengalamannya kepada para yunior.
Hasilnya, pada turnamen China International Challenge, Indonesia berhasil mendulang gelar melalui sepasang pemain baru Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro.
Mereka mengalahkan unggulan kedua dari Thailand dengan memenangi tiga set dari sistem angka sebelas poin. Selain Ahsan/Rian, sepasang pemain senior, Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir, juga dipecah sementara. Tontowi dipasangkan dengan Gloria di nomor ganda campuran.
Tentu saja, hal ini sesuai dengan tujuan PBSI agar pemain senior juga turut memberi masukan kepada pemain yunior agar terus berkembang.
Meski demikian, pemasangan ini tidak berlangsung secara permanen, tetapi hanya dalam kurun waktu tertentu. Pada Asia Games tahun depan, Tontowi dipastikan akan kembali berpasangan dengan Lilyana Natsir.
Belum lama ini, terjadi kasus penganiayaan senior kepada yuniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran yang menyebabkan korban meninggal dunia. Kejadian ini bukan yang pertama. Bahkan, seolah kasus kekerasan yang melibatkan senior ini sudah menjadi hal lumrah.
Jika ditilik lebih dalam, faktor penyebab terjadinya kekerasan ini salah satunya adalah kegagalan komponen sekolah, yakni kepala sekolah, guru, dan komite sekolah yang lain. Harus ada pendidikan karakter di sekolah yang menuntut siswa untuk mengejar prestasi lebih baik.
Pasalnya, seiring dengan waktu, karakter generasi bangsa pun sedikit demi sedikit terkikis. Dari situlah benih-benih kekerasan muncul, bahkan harus mengorbankan jiwa orang lain.
Indonesia, sebuah negeri kepulauan yang berada di lintang khatulistiwa. Konon, ceritanya adalah negeri yang subur dan makmur. Bahkan, grup penyanyi lawas, Koes Plus, dalam lirik lagunya menukilkan tentang negeri tanah surga yang tongkat kayu pun bisa jadi tanaman.
Akan tetapi, sayangnya, Koes Plus lupa menambahkan sebait lirik yang mengisahkan tentang negeri gempa yang memerlukan kewaspadaan dan kesiagaan.
Ada yang menarik dari buku The Geology of Indonesia, buku ini mendokumentasikan tentang beberapa kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di tanah Hindia Belanda. Distribusi beberapa kejadian gempa bumi kuat berdampak pada munculnya gelombang besar, yang kemudian dikenal dengan istilah tsunami.
Selain itu, Van Bemmelen sudah memetakan peta gempa (seismic map) setelah gempa Jawa pada 23 Juli 1943. Gempa Jawa tahun 1943 merupakan salah satu gempa yang merusak, terdokumentasikan dengan baik.
Peta gempa ini menjadi penting bagi pemerintah Hindia Belanda untuk merancang infrastruktur yang tahan gempa, seperti jembatan, waduk, terowongan, dan rel kereta.
Selain gempa yang terjadi di Jawa pada 1943, buku ini juga mencatat frekuensi gempa bumi yang terjadi pada tahun 1936 dengan 490 kejadian, yakni di Sumatera dengan 149 kejadian, Jawa 128 kejadian, Kepulauan Sunda (Nusa Tenggara) 27 kejadian, Sulawesi 79 kejadian, Maluku 81 kejadian, dan Niugini 26 kejadian.
Bagi Anda warga Yogya, ada sebuah destinasi baru yang pas untuk Anda kunjungi dan nikmati. Tempat ini dibangun sejak sekitar setahun lalu, berupa bangunan yang disusun dari batuan magma di atas tanah seluas 1,3 hektar.
Nama bangunan tersebut adalah “The Lost World Castele”. Namun, dari beberapa pembicaraan yang saya dengar, banyak yang lebih suka menyebutnya dengan istilah “Benteng Takeshi”. Lokasi bangunan tersebut di sekitar Jalan Kaliurang Km 23, atau persis timur TPR Kaliurang.
tempat ini sangat ideal sekali karena merupakan perpaduan area bagi orang yang ingin melepaskan kepenatan dengan melihat cakrawala luas semacam di pantai sekaligus melihat keindahan Gunung Merapi.
Adalah sangat ideal bagi penggemar fotografi untuk mengabadikan gambar-gambar terbaiknya di tempat ini, baik saat langit dipenuhi awan pada siang yang cerah ataupun saat matahari terbenam.
Spanyol tidak diragukan lagi memiliki tim sepak bola yang kuat di daratan Eropa. Sebut saja Barcelona, Real Madrid, atau Atletico Madrid.
Kehebatan dan gaya bermain tim di sana kerap menjadi kiblat. Tak heran, Ketua Umum PSSI terpilih, Edy Rahmayadi, mengubah kiblat sepak bola nasional ke Spanyol. Hal tersebut dipastikan setelah kongres PSSI perdana di Hotel Arya Duta, Bandung.
Ada keputusan yang mengundang pembahasan menarik lainnya, salah satunya terkait penunjukan pelatih tim nasional Indonesia. Dari semua kandidat, kita bisa menyaksikan dengan saksama bahwa para calon memiliki identitas permainan sepak bola khas Spanyol.
Dari senior ada Luis Milla Aspas dan Luis Fernandez, sedangkan di level yunior ada nama Indra Sjafri yang mengagungkan permainan ala Spanyol.
Sepak bola Indonesia sedikit banyak memiliki kecocokan dengan sepak bola Spanyol, dari segi postur dan cara bermain.
Bukan hanya internal PSSI yang menginginkan Indonesia bermitra dengan Spanyol, melainkan juga pemerintah melalui Kemenpora RI.
Beberapa waktu lalu, ketika Indonesia sedang terkena sanksi FIFA, pihak Kemenpora sempat bertemu dengan pihak La Liga untuk studi banding. Namun, harapan untuk mengadopsi sepak bola Spanyol lewat kompetisi La Liga harus dipikirkan secara masak karena terbentur biaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.