JAKARTA, Kompas.com - Ketua Umum KONI DKI Jakarta Raja Sapta Ervian berharap pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 tidak akan dinodai skandal doping.
Harapan ini dilontarkan Raja Sapta Ervian atau Eyi mengingat perebutan medali di PON akan ditandai dengan persaingan gengsi antarprovinsi serta besaran bonus ynag kemungkinan diterima peraih medali dari kontingen masing-masing.
"Saya berharap baik para atlet, pembina, serta panitia akan berlaku adil dan jujur perihal doping ini," kata Eyi. "Para atlet tentunya tahu dengan risiko penggunaan obat-oabatan terlarang buat karier mereka, begitu pun para pembina. Sementara pada panitia, kami berharap ada keterbukaan dalam hal pemilihan, pemeriksaan, dan pengumuman hasil doping."
Isu tentang doping dalam PON menjadi hal yang sering mengemuka, mengingat gengsi, bonus, serta sulitnya pengawasan penggunaan obat-obatan terlarang.
Eyi sendiri mengaku, pihak DKI telah mengumumkan dan menerapkan aturan yang ketat soal penggunaan obat-obatan yang dilarang dalam olahraga. "Tim kedokteran DKI sudah membagikan regulasi soal doiping kepada semua cabor, terutama kepada cabang-cabang yang rentan doping," katanya.
"Kami memberikan data obat-obatan dan suplemen yang rentan mengandung senyawa yang dikategorikan terlarang," katanya. "Termasuk obat-obatan warung."
Ia menyebut, tentunya para atlet yang terkena doping akan mengalami hal-hal yang merugikan. "Yang pasti didiskualifikasi. Kalau menang, dibatalkan," ungkapnya. "Mereka harus menyadari bahwa kalau dilakukan dengan sengaja dan ketahuan, ini akan merugikan kontingen secara keseluruhan."
PON akan dibuka pada Sabtu (17/9/2016). Namun, beberapa cabang olahraga sudah memulai pertandingan sejak Selasa (13/9/2016). Di cabang drumband, DKI lolos ke final bersama 7 daerah lainnya. Sementara di cabang akuatik, yaitu renang prestasi, DKI meloloskan wakil di final 6 dari 7 nomor yang dilombakan.
Rombongan besar kontingen DKI akan bertolak ke Bandung pada Kamis (15/9/2016) pagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.