RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com - Setelah tiga bulan dibawa berkeliling ke sejumlah kota di Brasil, obor Olimpiade akhirnya tiba di kota tuan rumah Olimpiade 2016, Rio de Janeiro, Rabu (3/8/2016).
Obor tersebut tiba diantarkan pemegang medali emas asal Brasil, Lars Grael, dengan perahu. Wali Kota Rio, Eduardo Paes, lantas menerima penyerahan obor tersebut.
Dia kemudian membawa obor tersebut berkeliling dalam perjalanan menuju pusat kota. Akan tetapi, kejadian tak terduga terjadi di bagian utara kota.
Ratusan demonstran yang marah karena biaya tinggi penyelenggaraan Olimpiade, menghadang iring-iringan. Aksi ini memaksa pihak kepolisian melempar gas air mata untuk membubarkan para demonstran.
Dilaporkan BBC, insiden ini membuat sejumlah warga yang menyaksikan arak-arakan - banyak di antaranya anak-anak - harus berlarian untuk mengindari hal tak diinginkan.
Dilansir dari sejumlah media lokal, ada sekelompok orang yang menolak mensterilkan salah satu ruas jalan untuk iring-iringan obor Olimpiade. Mereka justru mengebloknya.
Watch protests mar Olympic torch relay in Rio de Janeiro #Rio2016https://t.co/CtCU5Wh0Ob
— Press Association (@PA) August 4, 2016
Demonstrasi warga ini menjadi salah satu kekhawatiran dari pihak panitia penyelenggara Olimpiade 2016. Selasa lalu, tiga orang demonstran telah ditangkap polisi di Kota Niteroi karena mengganggu iring-iringan obor Olimpiade.
Protes rakyat Brasil tak lepas dari biaya tinggi penyelenggaraan Olimpiade 2016. Aksi demonstrasi ditunjukkan karena kondisi Brasil yang tengah mengalami resesi.
Dilansir dari World Finance, Pemerintah Brasil mengalami defisit 9 persen. Hal ini membuat mereka kemungkinan akan memangkas bujet Olimpiade sebesar 5-20 persen dari proyeksi semula, 5 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 65,78 triliun.