Aparat keamanan Perancis dalam status siaga tinggi. Mereka berjaga-jaga dalam kondisi ekstra ketat, Jumat (10/9/2016) siang atau sore WIB.
Penjagaan diperketat karena beberapa jam lagi, Jumat malam waktu setempat, acara pembukaan Piala Eropa 2016 di stadion nasional, Stade de France, Paris, segera dimulai.
Pembukaan akan ditandai dengan kick-off tuan rumah melawan Rumania di stadion yang pernah menjadi salah satu lokasi target serangan teroris pada 13 November 2015.
Di dekat Stade de France di kawasan Saint-Denis, tiga penyerang bunuh diri meledakkan diri, 18 bulan silam.
Seorang sopir bus berwarga Portugal tewas di sana, bersama 130 orang tewas lainnya akibat serangan teror di enam lokasi berbeda di Paris ketika itu.
Di bawah bayangan kejadian teror itu Euro 2016 digelar. Tidak mengherankan jika aparat keamanan Perancis dan warga setempat masih khawatir akan keamanan pelaksanaan Piala Eropa.
Ketatnya pengamanan di Paris kali ini belum pernah terjadi sebelumnya, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Agence France-Presse.
Kepolisian bekerja ekstra tinggi untuk mengamankan acara sepakbola terbesar di Eropa itu karena mereka menyadari potensi ancaman teror.
Jacques Lambert, Ketua Komite Penyelenggara, mengakui betapa mereka was-was dengan kemungkinan serangan teror.
“Kami berusaha membebaskan diri keluar dari bayangan negatif tentang ancaman keamanan,” katanya kepada Sky News meski tetap tidak memungkiri adanya rasa khawatir.
Tidak ada laga kejuaraan sepak bola Eropa sebelumnya, dan mungkin untuk ajang olahraga besar lainnya, yang harus bergulat dengan masalah keamanan seperti menjelang Euro 2016 ini.
Memang tidak terhindarkan, sepak bola yang seharusnya menjadi ajang kegembiraan, kini dibayangi ketakutan akan kemungkinan adanya acaman – antara ada atau tiada!
Terutama karena telah berulangkali teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengeluarkan ancaman akan menyerang Eropa lagi. Entah kapan itu akan terjadi, hanya ISIS yang tahu.
Itu sebabnya, kewaspadaan tinggi dan kuatnya tekanan kampanye teroris untuk menyerang ajang Euro 2016 ini, telah membuat aparat keamanan gelisah dan stres.
Bagaimana bisa mendeteksi satu teroris di tengah arus lautan para suporter dan fans ke Stade de France, atau venue lainnya di Perancis?
Mungkin saja alat pemidai atau detektor di setiap pintu masuk stadiun atau venue bisa menjadi jawaban untuk menghilangkan sedikit keraguan tentang ancaman.
Namun, bagaimana dengan pengamanan di jalan-jalan masuk di luar stadiun? Senjata kelompok teror tidak lagi terbatas pada senapan laras panjang dan bom.
Teror selalu mencari titik lemah dari sebuah kekuatan. ISIS telah berulangklai mengklaim bahwa mereka memiliki senjata kimia, yang bisa disebar dengan cara yang tidak terpantau secara fisik.
Keamanan adalah narasi pokok olahraga pada era modern, dari Piala Dunia ke Olimpiade, tetapi tidak pernah lebih relevan atau nyata daripada di Euro 2016 ini.
Oleh karena itu mereka adalah mimpi buruk keamanan, dan menjadi sasaran empuk bagi teroris yang telah mendemonstrasikan kemampuannya mereka lebih dari sekali di Eropa pada 18 bulan terakhir.
Dimulai dari serangan Paris, 13 November tahun lalu hingga di Brussels, Belgia pada 22 Maret 2016. Ancaman teror tidak pernah sepi.
Aparat keamanan Ukraina, awal pekan ini, telah menahan seorang warga Paris yang merencanakan serangan di tengah pelaksanaan ajang Piala Eropa di Perancis.
Pria berusia 25 tahun yang tidak disebut namanya itu ditahan bersama dengan banyak persenjataan di mobilnya, termasuk senapan AK-47, peledak, dan peluncur roket, seperti dilaporkan CNN.
Nah, kejadian terbaru itu menunjukkan, selalu ada upaya yang tak pernah kenal lelah dari kelompok teroris untuk melancarkan serangan ke Eropa atau simbol-simbol Barat.
Tentu saja 90.000 personil polisi dan tentara yang dikerahkan untuk kemananan selama Piala Eropa ini tidak akan dipaksa masuk semuanya di dalam Stade de France.
Namun, mereka juga sedang kelelahan. Sebab, aparat keamanan itu telah mengambil lembur jutaan jam selama lebih dari setahun akibat status darurat teror sejak November 2015.
Belum lagi mereka setiap saat juga menghadapi berbagai kerusuhan akibat ulah migran dan aksi demonstrasi akibat ketidakpuasan atau pergolakan warga sipil setempat.
Mantan Kepala Polisi Perancis, Frederic Gallois kepada Sky News mengatakan, “Masalahnya bukan terletak pada jumlah. Itu sudah cukup bagi mereka, tetapi mereka lelah dan stress”.
Aparat keamanan telah beroperasi dalam siaga tinggi selama 18 bulan ini. Masalahnya mungkin bukan soal acara besar, tapi bagaimana bereka bereaksi terhadap even yang kecil.
Kita berharap segala sesuatunya berjalan dengan lancar selama Piala Eropa ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.