Memperjuangkan kesetaraan
Ali sejak lama dikenal getol memperjuangkan kesetaraan bagi orang-orang berkulit hitam di Amerika. Hal itu tak lepas dari diskriminasi yang ia terima semasa kecil. Bahkan setelah menjadi juara Olimpiade pun perlakuan itu masih ia terima.
Suatu ketika, setelah memenangkan medali emas tinju di Olimpiade Roma, Ali masuk ke restoran burger di Louisville, kota kelahirannya. Namun penjaga restoran menolaknya dengan mengatakan bahwa mereka tidak melayani nigger (sebutan untuk orang hitam).
Peristiwa itu begitu kuat terekam dalam ingatannya, sehingga membuat Ali begitu kuat berjuang untuk membela kaum hitam. Salah satunya dengan menjadi juara dunia, sehingga suaranya didengarkan.
“Perbedaan warna tidak membuat seseorang menjadi jahat. Hati, jiwa, dan pikiran yang menyebabkannya,” ujar Ali.
Keyakinan itu juga yang membuat Ali menolak ikut berperang di Vietnam. Ia menganggap perang itu merupakan penindasan terhadap orang kulit berwarna oleh orang kulit putih.
“Mengapa mereka harus menyuruhku mengenakan seragam dan pergi 10.000 mil dari sini lalu menjatuhkan bom dan peluru ke orang-orang berwarna di Vietnam, sementara orang-orang yang disebut Negro di Louisville diperlakukan seperti anjing dan tidak berhak atas hak mereka yang paling sederhana?”
“Tidak, saya tidak akan pergi ke sana membantu membunuh orang lain hanya untuk meneruskan dominasi tuan-tuan putih terhadap orang-orang berwarna. Ini adalah hari di mana semua kejahatan itu harus diakhiri,” kata Ali.
Ali juga menyebut bahwa tidak ada seorang pun tentara VietCong yang menghinanya dengan sebutan negro, beda dengan orang-orang di negaranya sendiri.
Dalam perjuangannya melawan dominasi kulit putih itu, ia menggelar banyak pertandingannya di negara-negara berkembang, seperti di Zaire saat melawan Foreman dengan tema “Rumble in the Jungle”, melawan Frazier di Filipina dalam “Thrilla in Manila”, termasuk bertanding melawan Rudi Lubbers di Indonesia tahun 1973. Semua itu dilakukan salah satunya agar mata dunia tertuju ke negara-negara itu.
Setelah pensiun dari ring tinju, Ali semakin banyak melakukan kegiatan sosial. Ia banyak melakukan perjalanan sebagai duta kemanusiaan, termasuk ke Korea Utara dan Afghanistan. Juga mengirimkan bantuan obat-obatan ke Kuba.
Salah satu perjalanannya dalam misi kemanusiaan adalah bersama lembaga Global Village Champions Foundation, tahun 1990-an ke Jakarta.
Diceritakan Direktur Media Sosial yayasan itu, Jackie Bigford, saat di Jakarta, Ali bersama direktur yayasan, Yank Barry, menuju McDonalds untuk sarapan. Saat itulah ia dikenali, sehingga ia dikerumuni dan diikuti puluhan orang.
Melihat banyaknya orang di sekitarnya, Ali akhirnya memberi sarapan gratis untuk semua yang ada di restoran itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.