Waktu yang ada tinggal beberapa puluh jam lagi sebelum Kongres FIFA dimulai di Meksiko City tanggal 12-13 Mei 2016. Ini adalah batas waktu Pemerintah Indonesia mencabut pembekuan PSSI.
Pesan FIFA dalam hal ini jelas: sanksi atas sepakbola Indonesia hanya bisa dihilangkan bila pemerintah mencabut surat pembekuan yang dikeluarkan Menpora.
Sebagai PLT Ketua Umum PSSI bersama Sekjen PSSI, saya menghadiri kongres FIFA itu. Perasaan tak nyaman menyelimuti hati, apakah kami bisa menyelamatkan sepakbola Indonesia atau tidak.
Terbang 36 jam dan kembali juga memakan waktu 36 jam ditempuh hanya dengan satu tujuan; menyelamatkan sepakbola Indonesia.
Bagaimana jika surat dicabut dan bagaimana pula bila tidak dicabut oleh Pemerintah? Itu pertanyaan kuncinya.
Bila dicabut, tentu itu menjadi berita gembira yang bisa saya sampaikan ke FIFA dan karenanya tak perlu diagendakan dalam Kongres FIFA.
Semua kembali ke suasana semula; PSSI bisa jalankan tugas dan kewajibannya memutar kompetisi dan melakukan pembinaan serta menyiapkan timnas Indonesia berlaga lagi di dunia internasional.
Tim sepakbola kita bisa main di luar negeri, sebaliknya tim negeri sahabat bisa bertanding di Indonesia. Kita bisa ikut Sea Games 2017 dan juga memasukkan cabang sepakbola dalam pesta Asian Games.
Meski demikian semua itu tak mudah disiapkan karena sendi-sendi sepakbola nasional kita mati suri 1 tahun penuh. Kita memulainya lagi bukan dari angka 0 (nol) tapi angka minus 20. Tapi kita tak boleh menyerah, kita harus bisa bangkit dan mulai lagi dengan energi dan spirit baru.
Semua itu bisa berjalan bila pencabutan pembekuan aktivitas PSSI dilakukan dengan mulus tanpa prasyarat dan kemungkinan intervensi lagi di kemudian hari.
FIFA memerlukan sikap ketulusan hati Pemerintah Indonesia. Itulah esensinya.
Saya percaya penuh dan karenanya mendukung Presiden Jokowi untuk memerintahkan menterinya dan tetap meminta PSSI mengelola sepakbola Indonesia lebih baik ke depan.
Bagaimana bila Pemerintah tidak mencabut pembekuan PSSI itu? Perkerjaan teramat berat harus saya pikul.
Saya harus menjelaskan kepada FIFA bahwa kehadiran PSSI si Kongres FIFA belum membawa berita gembira dan karenanya sepakbola Indonesia masuk agenda Kongres FIFA; members matters (persoalan sanksi pada anggota FIFA).
Arahnya pun sudah bisa ditebak, yakni menaikkan status sanksi suspensi terhadap sepakbola Indonesia dari hukuman yang dijatuhkan Komite Eksekutif FIFA menjadi hukuman yang dijatuhkan oleh Kongres FIFA. Sanksi ini bisa diperpanjang paling tidak sampai kongres berikutnya tahun depan.
Jika sanksi dijatuhkan, sederet persoalan sepakbola Indonesia tak dapat diselesaikan. Sepakbola bakal absen di Sea Games 2017. Asian Games 2018 juga terancam tak terlaksana atau setidaknya cacat tanpa cabang selakbola.
Pembinaan di akar rumput tak jalan, pengembangan sepakbola juga mati. Tata kelola yang diharapkan Presiden Jokowi tak bisa diwujudkan.
Tentu KLB ini hak anggota sepanjang dilakukan sesuai mekanisme statuta PSSI. Kuorumnya dipenuhi, alasan meminta KLB juga dipenuhi dengan baik.
Kuorum terpenuhi karena sudah melebihi 2/3 voters; tinggal verifikasi saja. Alasan meminta KLB ? Alasan utama meminta KLB karena PSSI tidak dapat menjalankan roda organisasi.
Tentu alasan ini dapat diperdebatkan dan tidak tepat. Sebab, tidak jalannya kompetisi dan aktivitas organisasi karena dihalang-halangi pemerintah dengan tidak mengakui aktivitasnya.
Tapi organisasi PSSI tetap jalan, terbukti dengan perjuangan PSSI melakukan perlawanan hukum atas kebijakan intervensi Pemerintah ke PTUN. Hampir setahun penuh berperkara di pengadilan dan hasilnya PSSI menang 3-0.
Dengan demikian alasan untuk meminta KLB tak memenuhi syarat yang dimintakan Statuta PSSI.
Jalan Tengah
PSSI akan menyelenggarakan Kongres tahunannya awal Juni 2016. Ini adalah kesempatan emas untuk mengakhiri dan menyudahi masalah ini.
Proposal tata kelola sepakbola yang diusulkan Presiden Jokowi dapat dibawa di arena kongres ini dengan legalitas yang diberikan pemilik kedaulatan suara PSSI yakni anggotanya sendiri.
Karena itu mari kita sudahi semua ini untuk memastikan anak-anak kita bermain bola kembali dengan cara mencabut pembekuan aktivitas PSSI itu.
Aku terburu buru mengakhiri tulisan ini, karena pengumuman di terminal D bandara Soekarno Hatta berbunyi memanggil penumpang KLM menuju Amsterdam via Kuala Lumpur.
Sekalipun belum ada berita gembira itu dari istana, aku tetap yakin entah sore ini, entah besok, entah lusa, atau entah detik-detik terakhir menjelang kick off Kongres FIFA, berita gembira itu datang.
Itulah harapanku dari kebesaran hati Presiden Jokowi, presiden kita semua, Presiden Republik Indonesia. Semoga.
#salamnonangnonang
@horasindonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.