MAGELANG, Kompas.com - Zelin Resiana tidak pernah membayangkan dirinya akan mendapat penghargaan menjadi model sebuah patung, belasan tahun setelah mengundurkan diri sebagai pemain.
Buat penggemar bulu tangkis saat ini, nama Zelin Resiana mungkin sudah jarang dikenal. Sebagai pemian yang pernah membawa kejayaan bulu tangkis Indonesia, nama Zelin tenggelam di balik kebesaran nama pemain angkatannya seperti Susy Susanti atau pun Mia Audina.
Namun buat kota Magelang, Zelin adalah pelopor. Ia menjadi satu dari sedikit pemain bulu tangkis asal wilayah tersebut yang pernah membala negara sebagai pemain bulu tangkis nasional. Kelahiran Magelang, 9 Juli 1972, Zelin merupakan penghuni pelatnas Cipayung dekade 1990-an, hingga ia mengundurkan diri usai Olimpiade Sydney 2000.
Karena itu Zelin mengaku senang patung dirinya dibangun di halaman Gelanggang Olahraga (GOR) Djarum di kawasan Tidar, Magelang yang diresmikan Jumat (21/08/2015) lalu. "Senang lah, jadi sepertinya apa yang kita perjuangkan dulu tidak hanya bermakna buat saya dan keluarga saya saja," kata Zelin.
Ia mengakui pada awalnya memilih bulu tangkis, motivasi utama adalah faktor ekonomi. "Ayah saya bukan orang yang mampu untuk memberi pendidikan tinggi kepada anak-anaknya. Tetapi dia mewajibkan kami berlatih bulu tangkis dengan alasan untuk membiayai pendidikan secara mandiri," katanya.
Namun ia mengakui, setelah masuk pelatnas dan sering dikirim membela negara, faktor ekonomi itu menjadi sesuatu yang sekunder. "Kita seperti berusaha untuk terus menjaga nama baik negara setiapkali bertanding. Bila kami berprestasi baik, tentu faktor ekonomi tersebut dapat dipenuhi."
Sebagia pemain, Zelin pernah menempati peringkat satu dunia untuk sektor ganda puteri. Ia juga menajdi anggota tim Piala Uber saat emnajdi juara pada 1994 dan 1996 saat Indonesia masih diperkuat pemain-pemain bintang seperti Susy Susanti, Mia Audina, Rosiana Tendean, Liliy Tampi dkk.
Zelin yang merupakan pemian spesialis ganda ini pernah menjadi juara ganda puteri (bersama Eliza Nathanael) di AS Terbuka, Indonesia Terbuka dan SEA Games 1997. Sebagai pemain ganda campuran (bersama Denny Kantono dan Bambang Suprianto), Zelin menjuarai Taiwan Terbuka dan Kejuaraan Asia.
"Pada masa itu, pemain yang menjadi penghuni Pelatnas tidak terlalu banyak. Jadi selama bertahun-tahun kami saling mengenal dan bisa selalu menyesuaikan diri di dalam dan luar lapangan," kata Zelin yang merupkan pemain binaan PB Djarum.
Zelin memutuskan mundur di usia 28 tahun setelah mengikuti Olimpiade Sydney pada tahun 2000. Prestasinya di ajang olahraga empat tahunan ini adalah lolos ke perempatfinal ganda puteri bersama Eliza di Atlanta 1996 dan perempatfinal ganda putera bersama Bambang Suprianto di Sydney 2000.
Setelah mengundurkan diri, Zelin menikah dengan mantan juara dunia, Joko Suprianto, memiliki dua anak dan kembali tinggal di Magelang. Anak kembar mereka yang berusia 12 tahun kini menguikuti jejak ayah ibu mereka menyukai bulu tangkis.
"Saya dan mas Joko sebenarnya lebih berharap mereka serius di sekolah sejak dini hingga tertinggi. Sekarang ini saya memberi kesempatan kepada mereka untuk mencapai prestasi tertinggi. Tetapi kalau sudah di bangku SMA mereka harus memutuskan. Kalau prestasi bagus, bisa diteruskan. Tetapi saya tidak mau kalau kemudian hanya buat main-main, tidak bisa menjamin masa depan," kata Zelin lagi.
"Sekarang saya kagum kalau melihat anak-anak muda bertanding di Djarum Sirnas. Mereka memiliki teknik bermain yang luar biasa untuk ukuran usia mereka. Tetapi -maaf ya- saya merasa sepertinya ada sesuatu yang hilang pada para pemain muda ini. Teknik tinggi ini sayang kalau tidak dilengkapi dengan semangat tak mau menyerah seperti yang dulu kami rasakan...."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.