Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doni Tata Sambut Peluang Indonesia Jadi Tuan Rumah MotoGP 2017

Kompas.com - 21/05/2015, 12:53 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu pebalap Indonesia yang pernah merasakan megahnya persaingan grand prix motor kelas dunia adalah Doni Tata Pradita. Pebalap kelahiran Yogyakarta 25 tahun yang lalu tersebut pernah bersaing selama dua musim penuh di kelas menengah yaitu 250cc pada 2008 dan Moto2 pada 2013.

Menanggapi rencana Sentul untuk bisa masuk dalam kalender balap MotoGP 2017, pebalap yang pernah menjuarai Asia Supersport Championship 2012 tersebut menyambut positif.

"Bangga, dan saya mendukung ada grand prix lagi di Indonesia," sahut Doni ketika ditanya Kompas.com seputar kemungkinan Indonesia kembali menjadi tuan rumah grand prix setelah dulu pernah melakukannya pada 1996 dan 1997.

Doni melihat ini sebagai kesempatan dan peluang untuk memacu para pebalap muda Indonesia meningkatkan kemampuan demi terjun ke balap internasional. "Jika terwujud, ini merupakan kemajuan bagi dunia otomotif Indonesia," lanjut pebalap yang kini rajin menggeber motor motokros tersebut.

Safety First
Doni juga tahu bahwa ada banyak sekali PR yang harus dikerjakan jika Sentul ingin menjadi tuan rumah balapan motor paling bergengsi di dunia tersebut. "Ada banyak yang harus dibenahi, dan yang paling utama harus dibenahi adalah berkaitan dengan saftey," ucapnya.

Doni menyebut gravel di Sentul sebagai salah satu yang harus dibenahi. Area yang ada di samping lintasan tersebut punya peranan penting dalam balapan. Ketika seorang pebalap melebar atau keluar lintasan, gravel berguna untuk menahan laju motor. Biasanya, gravel terdiri dari batu-batu kecil.

"Di Sentul, ukuran batu-batunya besar dan posisinya sudah padat. Jadi kalau ada motor yang keluar dan masuk gravel, lajunya akan tetap kencang. Itu berbahaya," kata Doni.

Aspal lintasan juga tak lepas dari pengamatan Doni. Kondisi aspal Sentul jelas tidak memadai untuk menggelar balapan sekelas MotoGP. "Sambungan aspalnya kasar dan bumpy," kata Doni.

Pebalap kelahiran 21 Januari 1990 ini juga bercerita bagaimana masih belum profesionalnya manajemen Sirkuit Sentul.

"Tiga minggu lalu saya latihan di Sentul. Ketika sedang berlatih, tiba-tiba ada orang yang menyeberang di lintasan. Ada juga orang di sekitar lintasan yang sedang memotong rumput. Seharusnya, ketika ada latihan, sirkuit dalam kondisi clean," terangnya.

Lebih jauh, Doni menyebut tidak adanya marshal atau pengawas lintasan saat sirkuit sedang dipakai.

"Seharusnya, ketika ada pebalap yang berlatih, ada pos-pos yang harus diisi oleh marshal. Di Sentul kadang memang ada, tetapi tidak selalu. Peran mereka sangat penting untuk memberi peringatan kepada pebalap ketika ada pebalap lain yang mengalami kecelakaan," tegasnya.

Doni mengatakan bahwa apa yang dia tuturkan tersebut baru merupakan urusan yang "sepele". Masih banyak lagi hal lebih penting yang harus diperbaiki jika Sentul ingin menghadirkan Marc Marquez dan pebalap lainnya untuk beraksi di sana.

Terlalu Kecil
Doni juga menyebut Sentul terlalu kecil. Dengan motor 600 cc, dia bisa memutari Sentul dalam 1 menit 31 detik. Bisa dibayangkan bagaimana para pebalap MotoGP membalap di sana dengan motor 1000cc. Waktu putaran akan sangat cepat.

"Layout Sirkuit Sentul bagus, tetapi terlalu mudah. Tidak membutuhkan teknik lebih untuk melewatinya. Banyaknya jalur lurus juga membuat waktu putaran semakin cepat," jelasnya.

Menurut Doni, jika benar-benar ingin menjadi tuan rumah MotoGP, Sentul harus melakukan renovasi besar-besaran. Opsi membuat sirkuit baru bertaraf internasional dengan kapasitas lebih besar juga dimunculkan Doni.

"Malaysia punya sirkuit di Johor yang merupakan sirkuit model lama, seperti Sentul. Mereka lalu membuat sirkuit baru di Sepang dengan taraf internasional," kata Doni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com