Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medina, Boneka Barbie, dan Grandmaster Termuda

Kompas.com - 04/05/2015, 01:39 WIB

KOMPAS.com - Dua tahun lalu, ketika usianya baru menginjak 16 tahun 2 bulan, pecatur Medina Warda Aulia berhasil meraih Grandmaster Perempuan termuda di Indonesia.

Medina meraih gelar prestisius di bidang olah raga catur ini setelah mengalahkan pecatur Rusia, Lanita Stesko di kejuaraan catur yunior dunia di Turki, 2013 lalu.

Lulusan SMA Negeri I Bekasi, Jawa Barat ini berhasil memecahkan rekor Grandmaster yang dicetak pecatur Indonesia lainnya, Irene Kharisma Sukandar. Irene meraihnya pada usia 16 tahun 7 bulan.

"Saya pasti sangat bangga," kata Medina Warda Aulia, yang lahir di Jakarta, 7 Juli 1997, dalam wawancara khusus dengan BBC Indonesia, Minggu (26/04) siang di kediamannya di Bekasi, Jawa Barat.

Karena, "Dari sekian banyak pecatur di Indonesia, baru dua (yang meraih Grandmaster perempuan) dan saya termuda." Media menutup kalimatnya dengan menebar senyum.

Lantas, apa tekad Anda ke depan?

Anak ketiga dari enam bersaudara ini menghela napas, dan kemudian menjawab tegas: "Saya ingin menjadi grandmaster putra dengan umur yang lebih muda."

Di ruangan tamu rumah orang tuanya yang dihiasi belasan tropi, potret dirinya tengah bermain catur, serta kliping berita terkait perjalanan prestasinya, dia kemudian menambahkan:

"Habis itu, (saya bertekad) bisa menjadi salah-satu pemain (catur) terbaik dunia juga."

'Catur itu unik'

Bukan rahasia lagi, ada anggapan permainan atau pertandingan catur identik dengan permainan kaum pria nan serius, orang dewasa, dan karenanya agak membosankan.

Kesan yang terlihat selama ini: ada dua orang duduk serius dan berpikir keras di hadapan papan catur dan 32 bidak. Jadi, membosankan, betul 'kan?

Medina, yang berusia 18 tahun saat ini, tentu saja, menepis anggapan ini.

"Catur itu sangat unik," ungkap Media serius.

Dia juga membuang jauh-jauh anggapan yang menyebut olah raga catur identik dengan "orang tua".

Anak muda gaul pun bisa bermain catur, begitulah kira-kira. "Jadi mereka (pemain catur) enak saja buat ngobrol."

Di ujung kalimatnya, dia kemudian mengajak kaum muda untuk mencoba mempelajari catur.

Lagipula, tambahnya, pecatur bisa tetap tampil gaya saat bertanding. "Kalian nggak harus pakai pakaian yang gimana. Terserah gaya pakaian kalian," tuturnya.

"Dan di sana (di meja pertandingan), kalian bisa sambil makan, minum. Biasanya orang-orang catur itu orang-orang yang santai."

"Jadi," Medina menekankan," pelajari catur. Unik kok." Tawanya lepas sebentar.

Diawali boneka Barbie

Pada usia belia, yaitu ketika berumur sekitar sembilan tahun, Medina mengenal catur melalui sosok ayahnya, Nur Muchlisin, yang dikenal menggilai permainan catur secara turun-temurun.

"Awalnya, saya tidak mengarahkan (agar Medina) main catur," kata Nur Muchlisin kepada saya di kediamannya di kawasan Bekasi Utara, Jawa Barat.

Suatu saat, Medina kecil melihat sang ayah asyik bermain catur dengan teman sekantornya. Memperhatikan keduanya memainkan bidak-bidak catur, sebuah pertanyaan polos pun meluncur dari mulut Medina.

"Ini apa Ayah?" Medina menunjuk bidak catur berbentuk kepala kuda. Pertanyaan kedua, ketiga, keempat pun meluncur. Semuanya berangkat dari rasa ingin tahu sang bocah.

"Ini tentara berkuda zaman dulu, ini tentara bergajah. Ini suatu kerajaan, bagaimana para tentara ini melindungi sang raja untuk menghancurkan lawan," ungkap Muchlisin mengulang kembali percakapannya dengan sang putri, sekian tahun silam.

Di momen itulah, putrinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu sepertinya tertarik dengan catur. "Akhirnya dia bertanya: emang enak bermain catur?"

"Saya bilang: enak, nikmat. Karena catur itu adalah seni. Jadi bermain catur itu sama saja kita melukis. Jadi nikmatnya itu luar biasa, apabila kita berhasil menaklukkan lawan," papar sang ayah. "Di situlah dia minta diajarin."

Apa yang diutarakan sang ayah dibenarkan oleh Medina. Namun demikian, ada fakta lain sehingga membuatnya jatuh cinta kepada permainan catur.

"Sebelum saya suka catur, saya suka (boneka) Barbie," ungkap Medina. "Saya beranggapan Barbie itu kayak catur, karena sama-sama ada kerajaan. Ada putrinya, ada ratunya, ada rajanya. Ya udah saya tertarik."

Bocah berbakat

Dari ketertarikan awal itulah, sang ayah mendorong dan membimbing Medina berlajar bermain catur -yang kelak mengantarnya meraih berbagai prestasi tingkat dunia.

Kepada saya, Medina selalu teringat wejangan sang ayah yang terus memotivasinya untuk meraih prestasi di olah raga catur: "Kamu mau keliling dunia, mau naik pesawat, nggak? Mau ngelihat salju... Wah, aku jadi pengin."

Digembleng selama sekitar tiga bulan (di antaranya melalui belajar teori catur melalui internet)

Ayahnya mengatakan: "Saya tidak (mengajarinya) otodidak. Tapi saya betul-betul (mengajarinya) dengan teori, sehingga percepatannya lebih bagus," kata Muchlisin.

Medina dan kakaknya kemudian diikutkan dalam Kejuaraan daerah catur se-DKI Jakarta pada 2006.

"Nah, saya tidak ada target di situ. Nggak tahunya dua-duanya juara. Kakaknya juara di kelompok umurnya, dia (Medina) juga juara di kelompok umurnya," ungkap Muchlisin.

Melihat keberhasilan Medina dalam waktu relatif singkat, sang ayah kemudian menyimpulkan bahwa anaknya itu memiliki talenta yang bagus. "Nah akhirnya di situ saya dorong."

Kesaksian serupa juga diutarakan Ketua bidang pembinaan PB Persatuan Catur seluruh Indonesia, Percasi, Kristianus Liem.

"Bakat Medina kita temukan tahun 2007. Waktu itu kita secara rutin menyelenggarakan sirkuit catur di antara pelajar. Nah, Medina ini menonjol dalam hal kalkulasi taktik," kata Kristianus saat dihubungi BBC Indonesia melalui telepon.

"Hitung-hitungan permainan taktisnya cepat sekali, padahal usianya antara tujuh dan delapan tahun," tambahnya.

Menurutnya, bakat yang dimiliki Medina ini juga sering dimiliki oleh para pecatur top dunia. "Dari sana, kita berpikir, bakat (Medina) ini bisa dikembangkan," ujar Kristianus.

Semula dilatih oleh ayahnya, Medina kemudian ditawari untuk mengikuti program Sekolah Catur Utur Adianto, SCUA.

Dari sinilah, dia kemudian mengikuti berbagai pertandingan catur tingkat nasional, regional hingga dunia sehingga meraih berbagai tropi juara.

Hikmah ketika kalah

Medina memang merupakan salah-satu pecatur terbaik Indonesia, dengan segudang prestasi di tingkat nasional, regional maupun dunia.

Semenjak menjuarai Kejuaraan daerah catur se-Jakarta 2006, anak pasangan Nur Muchlisin dan Siti Eka Nurhayati ini telah meraih lebih dari 20 tropi kejuaraan catur bergengsi tingkat dunia dan regional.

Namun demikian, ada kalanya Medina pernah dihadapkan kenyataan pahit, yaitu dikalahkan oleh lawannya dalam sebuah kejuaraan.

Pada babak kedelapan Kejuaraan catur junior dunia di Kocaeli, Turki, September 2013, misalnya, perempuan asal Bekasi ini ditaklukkan pecatur India, Pamini Rout.

Sebuah laporan media menyebutkan, Medina sempat terisak usai peristiwa kekalahan itu. Benar atau tidak, saya kemudian bertanya: apa hikmah yang Anda ambil ketika mengalami kekalahan?

Dia berbicara agak perlahan, tetapi dengan intonasi tetap dan kalimat terang. "Biasanya kalau saya kalah," ungkapnya," saya akan pelajari posisinya."

Medina lantas berbicara lebih detil. "(Saya) terus lihat di komputer, lihat langkah-langkah saya yang salah. Misalnya, saya nemu: oh, gini, gini. Jadi dalam turnamen berikutnya saya tidak mengulangi kesalahan yang sama."

Hadapi 650 pecatur

Akhir Maret 2015 lalu, Medina telah memecahkan rekor dunia MURI dengan lawan terbanyak. Dia mampu menghadapi 650 pemain catur dalam kompetisi catur online.

Ini merupakan pengalaman pertama Medina karena sebelumnya hanya pernah melakukan tanding simultan melawan 50 orang.

Pertandingan Indosat Grand Master Chess Match dengan 650 pecatur melawan Medina ini didaftarkan ke Museum Rekor Indonesia atau MURI sebagai rekor dunia.

"Ini memecahkan rekor MURI dan dunia," kata Medina yang pernah mendapat penghargaan Satya Lancana Wira Karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008 lalu.

Walaupun di akhir laga itu Medina ditahan remis oleh pecatur muda lainnya, kepercayaaan yang diberikan kepada berusia 18 tahun ini merupakan bukti kemampuannya di dunia olah raga catur.

Tetapi siapa lawan terberat yang pernah Anda hadapi sehingga menyita tenaga dan pikiran? Medina menyebut pecatur dari Tiongkok. "Saya pernah bermain dengan salah-satu pemain terkuat Cina, yang juga pemain terkuat di dunia."

"Biasanya (pecatur) Cina itu ulet," kata Medina. Pecatur India juga disebutnya tangguh.

Filosofi bermain catur

Walaupun akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, Medina saat ini tetap bertekad untuk berhasil meraih Grandmaster putra dengan umur yang lebih muda. Dia bertekad pula menjadi salah-satu pemain catur terbaik dunia.

"Saya punya idola, namanya Judith Polgar," ungkapnya menyebut pecatur perempuan asal Hungaria, yang meraih gelar Grandmaster pada usia 15 tahun empat bulan. Judith disebut pula sebagai penyandang gelar sebagai pecatur perempuan abad ini.

"Dia perempuan, tapi pernah juara dunia di putra. Keren banget 'kan. Jadi saya mengikuti dia, pengin kayak dia."

Medina juga mengaku sangat menikmati perjalanannya sebagai pecatur profesional.

"Karena perjalanan ini betul-betul perjuangan dari awal hingga seperti sekarang," akunya.

Di sisi lain, Medina mengatakan, kecintaannya pada dunia catur ikut pula membentuk pula karakternya dalam menjalani kehidupan keseharian.

Media kemudian memberi contoh: "Kalau kita mau ambil langkah, kita mikir nanti gimana ke depannya, efeknya gimana. Jadi di kehidupan, saya juga lebih banyak mikir: kalau ke depannya gimana nih."

Di akhir wawancara, saya menanyakan apa filosofinya dalam bermain catur. "Catur itu, kayak seni. Jadi kita berkreasi, berkarya dengan langkah dan pemikiran kita." (Heyder Affan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com