Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wewey Wita: Mencari Kepingan yang Hilang

Kompas.com - 02/04/2015, 18:56 WIB
KOMPAS.com - Atlet pencak silat putri nasional Wewey Wita sudah dua kali merebut titel juara di kejuaraan dunia. Namun, cewek manis berusia 23 tahun itu menganggap hasil itu belum komplet karena dia belum pernah meraih emas SEA Games (SEAG). 

Pada SEAG Myanmar 2013, Wewey hanya mendapatkan perak setelah dikalahkan pesilat Thailand di kelas C (55-60 kg). Anak pertama dari enam bersaudara itu bertekad mencari keping emas yang hilang di SEAG Singapura 2015.

Sudah sejauh mana persiapan Wewey menuju pesta olah raga negara-negara Asia Tenggara itu? Bagaimana kisah perjalanan kariernya? Berikut petikan wawancara wartawan Harian BOLA, Oka Akhsan, dengan mahasiswi semester empat Jurusan Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu.
 
Bagaimana persiapan Anda sejauh ini?
Kami melakukan pelatnas jangka penjang. Jadi persiapan teknik dan fisik sudah oke. Kini saya tinggal menyiapkan mental bertanding saja.
 
SEAG 2015 merupakan SEAG kedua Anda setelah 2013. Apa perbedaannya dibanding yang pertama?
Secara keseluruhan sama saja. Hanya kini saya lebih berpengalaman. Tekanan juga tak sebesar sebelumnya.
 
Apa target di SEAG 2015?
Saya ingin meraih hasil yang lebih baik. Kalau di 2013 cuma dapat perak, sekarang saya mau medali emas!
 
Latihan di pelatnas sangat berat. Pernah merasa bosan atau kangen keluarga?
Jenuh dan lelah pasti ada, apalagi rindu keluarga. Saya kan dari keluarga besar, jadi suka kangen canda tawa adik-adik dan orang tua.
Kalau sudah begitu, saya mengingat kembali apa target saya agar terus termotivasi. Untuk menyegarkan pikiran, saya biasanya istirahat atau jalan-jalan saat libur latihan.
Omong-omong, bagaimana sih ceritanya bisa jatuh cinta pada pencak silat?
Saya pertama kali latihan silat saat kelas 5 SD. Awalnya cuma iseng, tapi lama-lama keenakan karena temannya asyik. Setelah itu saya masuk perguruan Perisai Diri dan meraih banyak prestasi hingga sekarang.
 
Orang tua tak melarang? Apalagi Anda memilih kategori tarung, bukan seni.
Awalnya mereka cemas. Namun, setelah melihat prestasi saya mereka akhirnya mendukung. Saya memilih kategori tarung karena lebih menantang. Kalau cedera sudah biasa. Tulang saya bahkan pernah retak. Namun, itu tak memengaruhi tekad saya untuk terus maju.
 
Berkat keberhasilan meraih emas kategori C (55-60 kg) dan menjadi pesilat putri terbaik di kejuaraan dunia 2015 di Phuket, Thailand, Januari, Anda diganjar KONI Award. Apa makna penghargaan itu?
Penghargaan itu menjadi pemantik semangat dan motivasi saya untuk terus mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional.
 
Ke depannya target apa yang masih ingin diraih?
Saya ingin meraih emas SEAG dan Asian Games. Saya juga ingin mencoba tampil di Olimpiade Mahasiswa. Pokoknya sebelum pensiun saya ingin menorehkan prestasi terbaik di semua ajang yang diikuti.

Artikel ini sudah tayang di Harian BOLA edisi Kamis (2/4/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com