Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Takraw, Siasat Melawan Thailand

Kompas.com - 12/03/2015, 16:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana di kompleks Gelanggang Olahraga Cibubur, Jakarta Timur, sepi ketika tim sepak takraw putri Indonesia berlatih. Dua lapangan yang tersedia di sana digunakan oleh delapan atlet untuk semakin mematangkan kemampuan.

Para atlet pelatnas sepak takraw SEA Games Singapura 2015 berlatih di GOR Pemuda Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (11/3). Sebagian besar atlet sepak takraw pelatnas SEA Games 2015 yang telah berlatih sejak Oktober 2014 tersebut diisi personel baru.

Diasuh pelatih Sandrina Kaliey, Dini Mita Sari (Jawa Tengah), Nur Isni Chikita (Sulawesi Tengah), Vivien Eddy (Sumatera Barat), Kusnelia (Sulawesi Selatan), Widya Andrini (Sulawesi Tengah), Irmawati (Lampung), Nini Karmila (Sulawesi Barat), dan Violiga (Sumatera Selatan) melatih kemampuan dalam melempar bola servis, menendang servis, mengumpan, hingga smes. Kemampuan mereka merata, sama baiknya, tetapi masih terlihat belum konsisten.

Sejumlah kesalahan dalam melempar bola kepada tekong (penendang servis), tendangan servis oleh tekong, ataupun akurasi dalam umpan untuk dismes rekan satu timnya cukup kerap terjadi.

"Mereka pemain yunior yang sengaja disiapkan untuk sampai Asian Games 2018. Kami sengaja memilih menyiapkan tim yunior untuk SEA Games 2015 agar mereka semakin matang dan benar-benar bisa mencapai puncaknya pada Asian Games," ungkap Sandrina. SEA Games akan digelar di Singapura pada Juni.

Usia para atlet itu berkisar 19-22 tahun. Menurut Sandrina, kemampuan mereka sudah tidak jauh berbeda dengan para atlet senior yang kini berusia 25-27 tahun. "Mereka hanya kalah dalam pengalaman bertanding. Secara skill tidak banyak bedanya," ucap pelatih tim nasional sepak takraw putri itu.

Suasana lebih hidup terlihat di gelanggang tempat tim putra berlatih. Tim putra yang beranggotakan 14 orang tersebut berlatih bersebelahan dengan tim taekwondo dengan dipisahkan hanya oleh dinding jaring yang lebar dan tinggi. Dengan jumlah atlet yang lebih banyak, dan arahan pelatih M Syukur Saing, suasana latihan tim sepak takraw putra tak kalah "ramai" dibandingkan dengan para atlet taekwondo.

Gabungan empat atlet senior dan sisanya atlet yunior itu, dengan kisaran usia 17-25 tahun, disampaikan M Syukur, masih akan diciutkan lagi menjadi hanya 12 orang. Dengan demikian, dua orang akan "dicoret" mendekati saat akhir penentuan pemain pada 25 Maret.

Pelatnas sepak takraw yang sudah dijalankan sejak Januari 2015 (putra) dan Desember 2014 (putri) itu sangat fokus. Bahkan, untuk membuat para atlet berkonsentrasi dalam berlatih, telepon seluler milik para atlet harus dititipkan antara pukul 22.00 dan pukul 18.00 keesokan harinya. Artinya, para atlet hanya memiliki waktu empat jam untuk bersosialisasi melalui telepon selulernya yang semuanya terhubung dengan berbagai jejaring sosial.

Tempat tinggal atlet putri yang menempati Mess E dan putra di Mess F kompleks GOR dan rumah sakit olahraga Cibubur itu pun cukup tenang meskipun berseberangan dengan sebuah mal yang cukup besar.

Baik para atlet putra maupun putri, sebagaimana disampaikan kedua pelatih, saat ini sudah masuk ke tahap persiapan khusus atau tahap pematangan. Pada tahapan ini, persiapan fisik para atlet dinilai sudah memadai, tinggal menjaganya agar tidak sampai turun lagi. Hal itu ditunjukkan dengan hasil uji fisik yang tergambar salah satunya dalam ukuran V02max para atlet.

Adapun para atlet putri rata-rata sudah berada di atas standar 45 mL/(kg.min), sedangkan atlet putra standarnya ialah 50 mL/(kg.min).

Tahapan persiapan umum atau lebih difokuskan pada penyiapan atlet sudah diselesaikan pada Februari. Meski demikian, latihan fisik terus dijalani para atlet, dua kali dalam seminggu, khususnya latihan aerobik dan beban. Tim putri menjalani latihan fisik setiap Selasa dan Jumat petang (15.30-18.00), sedangkan tim putra menjalani latihan fisik Selasa dan Jumat pada pagi hari selama tiga jam (07.00-10.00).

Penguasaan peran

Pada tahapan pematangan ini, dijelaskan Sandrina ataupun M Syukur, para atlet sudah lebih difokuskan lagi pada penguasaan maksimum posisi dan peran mereka di dalam tim, baik sebagai tekong (penendang servis), pengumpan (feeder), ataupun penyerang (smasher). Kemampuan dalam servis, memberikan umpan, melakukan smes, mengeblok serangan lawan, serta membaca permainan lawan menjadi fokus utama pada tahapan ini.

Kekurangan di sana-sini memang masih terlihat. Di tim putri ataupun putra, misalnya, kemampuan menerima servis dan memberikan umpan kepada penyerang masih belum konsisten. Banyak kesalahan masih terlihat.

Di tim putri bahkan para tekong masih harus membiasakan teknik tendangan mereka yang baru.

Sandrina mengemukakan, para atletnya memang masih dalam tahap pembiasaan untuk servis setelah dilakukan perubahan teknik tendangan servis dari tendangan sila (menggunakan bagian pinggir kaki sebelah dalam) menjadi tendangan kura (menggunakan punggung kaki). Perubahan teknik itu dilakukan karena tendangan sila relatif lebih mudah dibaca lawan arah bolanya, sedangkan tendangan kura lebih sulit dibaca dan laju bola bisa lebih keras.

Jumlah atlet putri yang tergabung di pelatnas memang tidak banyak karena SEA Games 2015 hanya akan mementaskan dua nomor, yaitu regu dan ganda. Adapun di tim putra disediakan empat nomor, tetapi setiap negara hanya diperbolehkan mengikuti dua nomor.

Indonesia, seperti disampaikan M Syukur, memilih untuk berkonsentrasi di nomor tim dan tim ganda. "Dua nomor itu dipilih karena peluang kita lebih besar. Thailand kemungkinan besar tidak turun di ganda. Jadi, lawan berat kita di nomor itu ialah Myanmar. Kalau kita ambil regu ganda terlalu riskan meskipun mungkin Thailand tidak turun di nomor ini," tutur pelatih tim putra itu.

Baik di putra maupun putri, lawan berat sekaligus momok bagi Indonesia ialah Thailand. Karena itulah, di SEA Games Singapura, target putra ialah dua perak seperti yang diraih di Myanmar 2013. Target tim putri juga seperti pencapaian di Myanmar 2013, dua perunggu. Di kelompok putri, selain Thailand, Vietnam dan Myanmar pun menjadi lawan berat bagi Indonesia.

Dalam kondisi masih harus menghidupi diri sendiri karena belum turunnya honor sebagai atlet pelatnas sejak Januari 2015, para atlet sepak takraw berusaha untuk bisa mengimbangi dominasi Thailand.

"Memang sulit untuk mengimbangi mereka karena mereka memiliki kompetisi yang berjalan baik sehingga atlet sepak takraw Thailand banyak sekali dengan kualitas yang tinggi. Di Thailand, takraw itu seperti bulu tangkis di Indonesia, menjadi andalan sehingga diajarkan di sekolah-sekolah dasar," papar Sandrina.

Ia menambahkan, Thailand sudah menjadikan sepak takraw sebagai bagian dari industri sehingga Indonesia pun mengimpor bola dan sepatu sepak takraw dari negeri itu.

Kesulitan menghadapi Thailand juga diakui kapten tim putra Viktor Eka Prasetyo dan pemain putri andalan Indonesia, Dini Mita Sari.

"Mereka dari segi mental dan teknik lebih kaya karena kompetisinya jalan. Dalam keadaan tertekan pun, para pemain Thailand bisa tetap mengatasinya karena mereka sudah terbiasa berkompetisi," ungkap Viktor. (Rakaryan Sukarjaputra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com