Wacana tersebut didapat berdasarkan evaluasi hasil para pemain di BCA Indonesia Open Superseries Premier 2014. Pada turnamen tersebut, Indonesia tidak meraih satu gelar pun. Satu-satunya wakil Indonesia di final, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, kalah dari ganda Korea, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.
"Kita perlu tipe pemain-pemain muda, seperti Kevin dan Haviz Faisal, untuk sekarang ini. Untuk ke depannya, kita akan sering mengirim pemain-pemain muda ke turnamen GP atau challenge karena yang penting adalah meningkatkan ranking dulu," kata Rexy dalam jumpa pers seusai gelaran Indonesia Open, Minggu (22/6/2014).
Rexy menambahkan, selain kebutuhan akan pemain muda, persoalan kekuatan fisik pemain juga menjadi hal yang harus dievaluasi.
"Mungkin kita harus meningkatkan program latihan fisik. Kalau untuk jangka panjang, saya kira pusdiklat bisa diadakan, tapi kalau untuk jangka pendek, latihan khusus saja, tapi jangan hanya 12 hari. Menurut saya itu kurang. Kalau bisa satu bulan dan tempatnya di Kudus karena di sana sarana prasarananya mencukupi dan lifestyle-nya beda dari Jakarta," kata Rexy.
Akan tetapi, menurut Rexy, hal yang terpenting dari semua evaluasi di atas adalah motivasi dan kemauan pemain itu sendiri untuk berprestasi. Untuk meningkatkan motivasi dan kemauan tersebut, peran pelatih dibutuhkan.
"Kalau ada gairah bermain, capek seperti apa pun tidak akan terasa. Contohnya, bisa saja ada atlet yang maunya nyaman, giliran sekali tidak nyaman, fokus mereka hilang. Ini tugas pelatih untuk meyakinkan pemainnya bahwa pemain harus berani mengakui kesalahan, jangan mencari-cari alasan dengan dalih tidak fokus atau capek," kata Rexy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.