SURABAYA, Kompas.com – Tunggal putera Cahya Kristian mengaku bulu tangkis telah memberi banyak kepada dirinya, termasuk tidak lagi sakit-sakitan seperti pada masa kecilnya.
Tahun ini Cahya Kristian masuk dalam kategori Tunggal Putra dan Beregu SMP Putra MILO School Competition Surabaya. Cahya (13 tahun) yang saat ini duduk di bangku kelas 2 SMP Materdei Probolinggo ini bersemangat untuk kembali menjadi juara dan mengulang kembali kesuksesan tahun 2012.
“Jika aku lolos ke grand final MILO School Competition, maka aku harus berhadapan dengan peserta dari Jakarta dan Cirebon. Menurutku itu cukup berat, tapi aku tetap optimis bisa mengulang kembali keberhasilan tahun 2012. Pengalaman yang tidak terlupakan saat menjadi juara nasional MILO School Competition adalah bisa berkunjung ke Pelatnas dan Taufik Hidayat Arena. Di sana aku mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, salah satunya tentang teknik bermain yang langsung aku dapat dari atlet nasional seperti Taufik Hidayat,” ujar Cahya.
Putaran ketiga kompetisi bulu tangkis antara SD dan SMP MILO School Competition telah resmi dibuka hari ini oleh Sekretaris Umum PBSI Jawa Timur Eddy Sabaruddin dan egional Sales Manager Nestlé East Java Ramdan Azhari di GOR Sudirman, Surabaya. Antusiasme para peserta sudah terlihat sejak hari pertama MILO School Competition di Surabaya ini.
Eddy Sabaruddin yang ditemui setelah upacara pembukaan menyatakan bahwa sebagian besar peserta memiliki kemampuan yang cukup baik, karena mereka sering mengikuti kompetisi bulu tangkis. “Para peserta harus bisa menjaga kondisi kesehatan agar dapat bertanding dengan maksimal. Ajang MILO School Competition ini sangat dinantikan peserta, baik yang berlatih di klub maupun sekolah. Salah satunya adalah Cahya Kristian yang pernah meraih juara nasional Tunggal Putra SD di MILO School Competition tahun 2012,” ujar Eddy.
Di tahun 2013, Cahya Kristian meraih beberapa gelar kejuaraan, antara lain juara 1 Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Jawa Timur, juara 2 Tunggal Putra dan juara 3 Ganda Putra Sirkuit Nasional Balikpapan. Ia menambahkan bahwa apa yang diraihnya saat ini adalah hasil kerja keras dengan dukungan penuh dari orang tua. “Sejak kecil aku sakit-sakitan. Saat aku berusia 5 tahun, orang tua membelikanku raket agar aku lebih banyak bergerak dan aktif. Sejak itulah aku menyukai bulu tangkis dan akhirnya serius ingin menjadi atlet bulu tangkis,” tambah Cahya.
Pada hari pertama MILO School Competition Surabaya ini, telah dipertandingkan babak penyisihan kategori Beregu Putra SD dan SMP serta Beregu Putri SD dan SMP yang memperebutkan Piala Taufik Hidayat. MILO School Competition Surabaya diikuti oleh 184 SD dan 88 SMP yang tidak hanya berasal dari Surabaya tapi juga dari Jember, Pasuruan, Probolinggo, Tulungagung hingga Banyuwangi.
Referee MILO School Competition Surabaya Toto Suhardjono menilai para peserta dari Surabaya maupun luar daerah memiliki semangat juara yang sangat tinggi. Toto optimis para juara MILO School Competition Surabaya nantinya bisa menyabet kejuaraan di tingkat nasional MILO School Competition. (/*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.