Tiga emas disumbangkan dari kelas ringan, yang ditandai dengan huruf L atau lightweight dalam penulisan setiap nomor. Dalam kelas ini, bobot pedayung putra dibatasi 70-72,5 kilogram. Adapun pedayung putri harus memiliki berat 57-59 kg.
Penyumbang emas bagi kontingen Merah Putih adalah Wahyuni dan Maryan Magdalena Daimoi di nomor LW2x (dua pedayung putri), Ihram dan Muhad Yakin (LM2x/dua pedayung putra), serta empat pedayung putra, yaitu Jamaluddin, Mochamad Alidarta Lakiki, Arief, dan Thomas Hallatu, di nomor LM4-.
Atlet muda di nomor M1X (satu pedayung putra) Memo sebenarnya diharapkan meraih emas. Seperti dilaporkan wartawan Kompas, Agung Setyahadi, dari Naypyidaw, Memo sempat memimpin hingga 500 meter pertama. Namun, dia kehilangan kestabilan karena dihantam angin. Memo, yang akhirnya berhak atas perunggu, dilewati pedayung Filipina Nestor Cordova yang meraih emas dan peraih perak Aung Ko Min (Myanmar).
Di nomor MW2-, Susanti dan Wa Ode Fitri Rahmanjani juga meraih perunggu. Mereka kalah dari atlet Vietnam yang telah menembus level Asia.
Perjuangan keras
Tiga emas Indonesia diraih dengan perjuangan ekstra karena tiupan angin kencang yang mengakibatkan air bergelombang. Saat nomor terakhir LM4- dimulai, angin semakin kencang hingga ujung gelombang air pecah membentuk percikan putih.
"Saat start, kami tertinggal sekitar 100 meter karena angin kencang dan gelombang. Perjuangan hari ini sangat berat. Kami bisa bangkit karena percaya mampu mengatasi kendala ini," ujar Wahyuni.
Wahyuni yang berada di posisi anjungan selalu berteriak "bisa, bisa, bisa" saat kayuhan dia dan Maryam mulai menurun. Perjuangan mereka melawan kendala alam dan emosi berbuah emas dengan catatan waktu 7 menit 46,42 detik.
Pasangan bersaudara Ihram dan Yakin di nomor LM2x juga berhasil mengalahkan emosi dalam diri untuk meraih emas. Mereka sempat tertinggal dari Vietnam di 500 meter awal. Akan tetapi, ketenangan dan kejelian membaca arus dan angin membawa mereka berbalik unggul. "Jika dipaksa, perahu bisa terbalik. Kami menjaga kestabilan perahu dan meningkatkan kecepatan dayung saat angin reda," ujar Yakin.
Kendala angin, yang akhirnya menguras tenaga, semakin berat saat nomor terakhir digelar. Jamaluddin dan kawan-kawan menggenjot kayuhan di 250 meter akhir karena segmen ini cukup terlindung dari angin. "Angin dan ombak sangat kuat, berat sekali. Untung latihan kami sangat berat, 48 kilometer per hari," tutur Alidarta, tentang latihan yang mereka jalani di Situ Cipule, Jawa Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.