Membandingkan dengan Pekan Olahraga Solidaritas Islam (ISG) di Palembang, beberapa waktu lalu, prestasi Lindswell dan kawan-kawan memang turun. Ketika itu, tim wushu Indonesia bisa mengumpulkan tujuh emas.
Namun, persaingan di SEA Games nyatanya lebih berat dibandingkan ISG. Persaingan di nomor taolu (jurus), misalnya, terjadi sangat ketat antara Indonesia, Myanmar, Malaysia, dan Vietnam.
Pada nomor sanda (pertarungan), persaingan lebih ketat lagi. Dari lima nomor sanda (dua putri dan tiga putra) yang dipertandingkan, atlet Indonesia gagal meraih emas. Nomor ini menjadi milik atlet-atlet Filipina dan Vietnam.
Akan tetapi, ada yang menggembirakan dari Stadion Tertutup Wunna Theikdi, Naypyidaw, tempat berlangsungnya perebutan medali cabang wushu, yakni munculnya beberapa atlet muda yang mulai memperlihatkan prestasi. Mereka adalah Juwita Niza Wasni dari Medan yang masih berusia 17 tahun serta Thalia Lovita Sosrodjojo (14) asal DKI Jakarta.
Mereka menunjukkan prestasi yang tidak kalah dari para senior, seperti Lindswell dan Ivana Ardelia Irmanto sang peradih medali perak Asian Games Guangzhou 2010.
Niza meraih medali emas dari nanguan (jurus toya). Prestasinya itu lebih baik dari seniornya, Ivana, yang hanya mampu meraih medali perak.
Itu artinya saat ini sedang terjadi regenerasi atlet wushu Indonesia, terutama pada nomor taolu putri. Sebaliknya, di putra, jago-jago muda belum terlihat. Taolu putra dikuasi atlet Myanmar, Vietnam, dan Malaysia.
Pelatih Sandry Liong berpendapat, agar prestasi wushu Indonesia konsisten, atlet-atlet muda harus kontinu dilahirkan. "Kami terus mendadar atlet yang ada. Saat ini memang belum bisa diandalkan, tetapi atlet seperti Niza dan Lovita perlahan-lahan akan menjadi jagoan kita. Mudah-mudahan diikuti atlet lainnya," kata Sandry. (nic)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.