Ketika Proliga 2013 digulirkan, sejumlah wartawan membahas Roy Makpal. Nama itu terdengar asing. Pemain klub mana? Pelatih klub mana? Satu fakta yang diketahui, Roy lulusan terbaik kedua pada kursus kepelatihan internasional level dua yang digelar Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) awal tahun ini.
Gaya Roy di lapangan sangat atraktif, ekspresif. Ia ”pemain ketujuh” yang lebih heboh dari enam pemain di lapangan. Satu poin diraih, satu teriakan ia serukan. Satu kaki ia angkat, kedua tangan ia naikkan tinggi. Ia tidak pernah duduk.
Roy mengisahkan ihwal ia diminta jadi asisten pelatih tim putra Jakarta BNI 46. Pria kelahiran 22 Desember 1972 ini kebetulan bertemu Syamsi Fauzi, pengurus bidang bola voli di BNI 46, di pedepokan voli Sentul ketika digelar kejuaraan nasional voli Divisi I. Kebetulan Fauzi sedang mencari asisten pelatih dan pernah ke sekolah voli M2 milik Roy di Bekasi.
”Malamnya saya ditelepon. Saya diminta menjadi asisten pelatih tim juara bertahan. Saya tidak menyangka sama sekali. Saya merasa tersanjung,” kata Roy, yang merasa menjadi pemain ”ecek-ecek” ketika memperkuat tim voli Kota Bekasi meraih perunggu di pekan olahraga Jawa Barat pada 1999.
Proliga terus bergulir dan BNI 46 di posisi terendah. Manajemen BNI 46 pun memulangkan pelatih asal China, Hu Xinyu. ”Saya menangis di kamar Mister Hu. Tiba-tiba saya harus menggantikannya,” kata Roy.
Bagi Roy, kunci menjadi pelatih yang baik adalah melayani. Ia mendengarkan satu per satu pemain. Keluhan mereka, pendapat mereka, masukan mereka. ”Saya hanya perlu mendengarkan dan saya memberikan masukan. Dalam posisi terpuruk, yang dibutuhkan adalah mengharmoniskan hubungan antarpemain dan pelatih,” katanya.
Bersama Roy dan konsultan teknis Gordon Mayforth, BNI 46 pun mengoleksi 16 poin (hanya sekali kalah 2-3) di putaran kedua babak reguler. Di babak empat besar putaran pertama, BNI 46 membabat tiga tim di Yogyakarta dan memetik nilai sempurna sembilan poin. Kini BNI 46 dipastikan ke final.
Bagaimana sosok sehari-hari Roy? Tengok saja gardu tol Bekasi Barat. Di sana Roy bekerja sebagai petugas karcis. Roy yang lulusan akuntansi Universitas Gunadarma itu telah 18 tahun menjadi penjaga gerbang tol, sejak 1995 saat belum lulus kuliah.
”Saya enjoy bekerja menjadi petugas tol di Jasa Marga. Saya selalu mendapat shift jaga pertama, itu berarti pagi hari. Selepas kerja, saya bisa melatih voli,” sahutnya. Selain melatih di klub M2 miliknya, Roy juga melatih voli di sekolah dan melatih ibu-ibu di kampungnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.