Jakarta, Kompas
Duel Chris melawan petinju Afrika Selatan berjulukan ”V12” itu bisa terlaksana jika didukung banyak pihak. ”Kalau masyarakat mengharapkan dan Simpiwe ingin menambah titel jadi double champion, mungkin saya akan melawan Simpiwe. Promotor Dragon Fire tampaknya mendukung,” kata Chris, Selasa (15/4).
Pada konferensi pers, Jumat pekan lalu, Vetyeka dengan percaya diri berkata, ”Setelah saya mengalahkan Daud, saya akan menantang Chris.”
Chris saat ini masih memiliki sabuk juara dunia kelas bulu super WBA. Pertarungan melawan Hosono pada Minggu malam di Stadion Tennis Indoor, Jakarta, berakhir technical draw dalam tiga ronde. Wasit Rafael Ramos dari Amerika Serikat mengambil keputusan itu setelah melihat luka sobek di pelipis kanan dan kiri Chris. Bahkan, darah terus mengucur dari pelipis kanannya.
Berdasarkan peraturan di semua badan tinju dunia, jika seorang petinju terluka parah karena benturan di bawah ronde keempat, wasit menyatakan technical draw. ”Prosedur standarnya begitu, di semua badan tinju, apakah itu IBO, WBA, maupun WBO. Wasit pasti sangat paham hal ini, apalagi yang memimpin adalah wasit dunia,” kata pengamat tinju Hengky Silatang.
Lain perkara jika luka Chris terjadi akibat pukulan Hosono. ”Kalau luka parah itu akibat pukulan, berarti Chris John kalah TKO,” ujar pengamat tinju Martinez dos Santos.
Menurut dokter pertandingan, Tommy Halauwet, luka Chris cukup parah sehingga membutuhkan pemulihan agak lama. ”Lukanya cukup dalam dan harus dijahit, butuh istirahat beberapa pekan,” katanya seusai laga.
Pelatih Chris, Craig Christian, berujar, tidak bakal ada duel ulang dengan Hosono. ”Ia (Hosono) bermain kotor,” katanya.
Pelatih Daud, Damianus Jordan, seusai laga mengatakan, ia mundur menjadi pelatih Daud, yang juga adik kandungnya. Bagi Christian, Damianus hanya kesal karena Daud kalah. ”Ia pelatih yang baik, hanya sedang kesal saja,” ujar Christian. Namun, menurut Damianus, keputusan untuk mundur itu sudah ia buat sebelum pertandingan.
Hengky melihat keputusan Damianus ini sudah tepat. Daud membutuhkan pelatih yang lebih berkualitas. ”Bukan meremehkan kakaknya. Namun, seorang juara dunia mestinya ditangani pelatih berkelas dunia. Dilatih kakaknya mungkin juga ada rasa sungkan sehingga kurang profesional,” katanya.
Bagi Hengky, potensi Daud yang luar biasa seharusnya dioptimalkan. ”Menurut saya, kekalahan Daud tak lepas dari peran pelatih. Pelatihlah yang memberi masukan kepada petinjunya ketika terdesak. Bagaimana harus menghindar, trik memukul. Yang saya lihat, Daud terus menerima pukulan, bukan menghindar,” ujarnya.