Badung, Kompas
Saat kuarter keempat tersisa 5,79 detik, Stadium Jakarta unggul tipis 82-80. Pada posisi itu, NSH sebenarnya memiliki kesempatan menambah poin ketika forward NSH, Juliano Gandhi, memenangkan bola melalui rebound saat bertahan (defensive rebound). Sayang, dalam waktu lima detik itu, rekan-rekan Juliano justru kurang tenang. Skor pun tak berubah.
”Padahal, di basket, kita dituntut untuk berpikir cepat agar bisa memanfaatkan peluang yang ada. Tetapi, karena kekurangtenangan, kami membuat peluang itu lewat begitu saja,” kata Juliano, yang sebelumnya pernah bermain untuk Pelita Jaya.
Bola dari Juliano kemudian berpindah ke tangan Agus Pamungkas Batbual yang sebenarnya sudah berada dekat garis lemparan tiga angka. Namun, alih-alih langsung melempar ke arah jaring, Agus mengontrol bola tersebut hingga wasit meniup peluit sebagai tanda akhir
”Kalau saat itu ada keberanian Agus untuk melepas tembakan, tentu bisa lain kejadiannya. Tapi, ya, itu tadi, kemampuan memanfaatkan kesempatan itu hanya ada sekali dan dalam waktu yang sangat singkat,” ujar Juliano
Meski kalah tipis, pelatih NSH Tri Adnyanaadi Lokatanaya cukup puas dengan hasil tersebut. ”Sekalipun tidak sampai perpanjangan waktu, mereka sudah memperlihatkan permainan terbaiknya,” kata Tri yang berasal dari Bali.
Abdurrahman Padang, pelatih Stadium, mengakui, pemain asuhannya terlalu menikmati permainan hingga terlena. ”Padahal, kami sempat unggul hingga 30 poin. Tetapi, karena terlena, tahu-tahu mereka sudah menyusul dan hanya selisih satu poin saja pada detik-detik terakhir
Kejadian ini, kata Tri, harus menjadi pelajaran bagi atlet. Pertandingan melawan tim mana pun harus dijalani dengan semangat yang sama.
Guard