Jakarta, Kompas -
Medali emas direbut dari nomor compound campuran oleh tandem Sri Ranti dan I Gusti Nyoman Puruhito Praditya Jati. Medali perak direbut seluruhnya dari nomor compound oleh I Gusti Nyoman Puruhito Praditya Jati (total jarak) dan dua medali perak lainnya dipersembahkan oleh Sri Ranti (total jarak dan aduan). Medali perunggu diraih Hendro Suprianto dari nomor recurve (aduan).
Para atlet yang dikirim ke Myanmar adalah atlet yang belum berpengalaman ke luar negeri, kecuali I Gusti Nyoman Puruhito. Mereka bertujuan ”mengintip” kekuatan lawan, mengenal kondisi lapangan, dan menambah pengalaman lomba.
Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia (PP Perpani) I Nyoman Budhiana di Jakarta, Sabtu (19/1), mengutarakan, Indonesia hanya mengirimkan empat atlet karena keterbatasan dana. Sementara negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam dan Malaysia, kata Nyoman, mengirimkan seluruh timnya ke Myanmar.
Menurut Nyoman, berdasarkan hasil pertandingan di Myanmar, Indonesia mempunyai peluang mendapat tambahan emas di nomor compound campuran. Pada SEA Games Jakarta-Palembang 2011, Indonesia hanya merebut satu medali emas dari compound putra, sedangkan tiga emas lainnya dari nomor recurve perseorangan putri dan campuran.
”Kekuatan lawan yang diwaspadai adalah Vietnam, Malaysia, dan Myanmar. Myanmar masih dominan di compound, sedangkan Malaysia dominan di recurve. Peluang Indonesia di compound harus terus ditingkatkan,” kata Nyoman.
Dia menambahkan, Malaysia serius membina cabang panahan dengan mendirikan tempat latihan baru dengan suhu yang sejuk. Oleh sebab itu, atlet pelatnas tidak bisa hanya berlatih di Jakarta, tetapi harus diselingi latihan ke tempat dengan suhu yang sejuk.
Menurut Nyoman, pelatnas SEA Games harus dimantapkan dengan pendanaan yang lancar. Pendanaan itu antara lain untuk uang saku atlet dan uji coba ke luar negeri.
”Tanpa itu semua, jangan berharap kita menang. Makanya PP Perpani belum berani mendatangkan pelatih asing. Kalau gajinya terlambat, kita yang malu,” kata Nyoman.