Paris, Kompas -
Tim karate Indonesia yang akan berlaga pada kejuaraan tersebut berjumlah sepuluh orang. Mereka adalah Faisal Zainuddin, Aswar, dan Fidelys Lolobua yang akan bertanding di nomor beregu kata putra; Donny Dharmawan (kumite -60 kg), Jintar Simandjuntak (kumite -67 kg), Christo Mondolu (kumite -75 kg), Caesar George Isaac Hutagalung (kumite +84 kg), Nurhadiyanti Fitrianingsih (kumite -55 kg), Indah Mogia (kumite -68 kg), dan Umar Syarief (kumite beregu putra).
Sembilan karateka, tidak termasuk Umar, berangkat dari Jakarta pada Minggu (18/11) dan tiba di Paris, Senin (19/11) pagi waktu setempat. Adapun Umar berangkat dari tempat tinggalnya di Swiss dan tiba di Paris, Senin sore.
”Mereka yang bertanding di kejuaraan ini adalah juara karate di setiap negara. Bahkan, ada yang pernah menjuarai kejuaraan karate tingkat regional ataupun internasional, termasuk di antaranya juara bertahan dari kejuaraan dunia sebelumnya,” ujar Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia, Djafar Djantang kepada wartawan Kompas
Kuatnya persaingan di kejuaraan dunia ini terlihat pula dari kejuaraan-kejuaraan dunia sebelumnya. Medali emas tidak pernah didominasi oleh satu negara. Negara yang meraih gelar juara umum, misalnya, hanya berselisih tipis dalam perolehan emas dengan tim peringkat kedua.
”Seperti kejuaraan dunia tahun 2010. Serbia juara umum dengan 3 medali emas, sedangkan juara duanya, Jepang, memperoleh 2 emas,” kata Djafar.
Sepanjang pelaksanaan kejuaraan dunia karate senior, lanjut Djafar, karateka Indonesia baru dua kali meraih medali, yaitu sekitar tahun 1980 dan terakhir tahun 2006 melalui Donny yang memperoleh perunggu.
”Beratnya kompetisi membuat belum ada satu pun karateka Indonesia yang bisa meraih medali. Meski begitu, pengalaman bertanding akan menjadi modal berharga untuk mempertahankan gelar juara umum karate pada SEA Games di Myanmar, tahun depan,” ujar Djafar.
Donny, yang terpilih kembali dalam tim karate Indonesia untuk kejuaraan dunia tahun ini, membenarkan beratnya persaingan. ”Tahun 2006, setiap pertandingan yang saya menangi hanya berselisih satu sampai dua poin, tidak bisa menang dengan selisih angka yang besar. Saya pikir, lawan yang akan dihadapi pada kejuaraan dunia kali ini pun sama dengan kondisi tahun 2006,” ujarnya.
Fitrianingsih juga melihat beratnya peluang untuk meraih medali. ”Apalagi, kami harus bertanding di Paris saat sedang musim dingin. Belum lagi perbedaan waktu enam jam dengan Indonesia. Tidak mudah untuk bisa menyesuaikan dalam waktu singkat,” tambahnya.
Meski begitu, Fitri, Donny, bersama karateka lainnya masih optimistis bisa bersaing dengan karateka dari negara lain, bahkan meraih medali.
Kejuaraan Dunia Karate Senior digelar setiap dua tahun, sejak 1971. Mengacu pada situs resmi kejuaraan, www.karateparis2012.com, kejuaraan kali ini akan diikuti sedikitnya 1.000 karateka dari 100 negara. Mereka akan memperebutkan medali dari 16 nomor.