Nusa Dua, Kompas -
Selama bertarung di atas
Khatrin (17), sang kapten tim Merah Putih, mengatakan, saat melawan Hongkong, pikirannya menjadi buntu. ”Mungkin karena melihat teman-teman kalah lebih dulu. Saya bingung mau berbuat apa,” kata peraih perunggu di PON Riau itu. Setelah rekan-rekannya banyak membuat kesalahan, Khatrin yang terkuat di tim harus menutup kebobolan.
Menurut Khatrin, kondisi
Pelatih tim putri Perdian Triagi mengungkapkan, penampilan anak asuhnya menurun drastis karena merasa puas bisa menang atas Korea Selatan di semifinal. Semangat bertarung hilang. ”Kondisi fisik sudah menurun saat final. Kalau fisik sudah menurun, mau
Perdian mengatakan, para atlet juga sudah berada dalam kondisi lelah dan jenuh. Khatrin dan Megawati, misalnya, baru saja bertanding dari PON Riau.
Di semifinal, tim degen putri Indonesia menggulung Korsel melalui pertandingan dramatis. Atlet dari kedua kubu mengeluarkan kemampuan terbaik. Indonesia yang sempat tertinggal delapan angka bisa mengejar sampai kedudukan seimbang 40-40, 41-41, dan 42-42.
Ketika kedudukan 42-42, waktu habis. Wasit memberikan tambahan waktu 1 menit. Siapa yang dapat merebut satu angka, dialah pemenang meski waktu 1 menit belum habis. Indonesia meraih satu angka dalam waktu kurang dari 30 detik. Tim Korsel menangis. Sebelumnya, pada babak delapan besar, tim degen putri Indonesia menyikat tim Iran 45-36. Sementara tim kadet Indonesia lainnya, yaitu floret putra, kalah dari Singapura, 35-45.