Dua karateka, Faisal Zainudin dan Sandi Wirawan, sudah siap tampil dan berdiri di matras. Ketika listrik mati, mereka diminta kembali ke pinggir lapangan. Wasit pun memanggil kedua pelatih.
Penonton makin riuh membahana karena kecewa. Setelah wasit berdiskusi dengan pelatih, partai final diputuskan tetap digelar meski GOR Tribuana gelap dan makin panas.
Faisal mendapat giliran pertama tampil. Atlet berusia 29 tahun ini tampil penuh percaya diri dengan karakter yang kuat. Faisal sangat mantap memperagakan jurus, hampir tanpa kesalahan.
Faisal memperagakan kata suparinpei dengan tingkat kesulitan sangat tinggi. Gerakannya sangat cepat, dinamis, dan menggunakan kekuatan besar. Sementara Sandy yang memperagakan kata kanku sho gagal menandingi kehebatan Faisal. Faisal menang mutlak, 5-0.
Bagi Faisal, ini emas ketiga dalam PON ketiganya secara beturut-turut. Kemenangan ini seolah mengokohkan dominasi dia yang juga meraih tiga emas berturut-turut pada tiga SEA Games terakhir.
Pelatih Faisal, Mursalim, mengaku tidak terkejut dengan kemenangan Faisal. ”Kata suparinpei sudah dipersiapkan sejak awal untuk ditampilkan di final. Kemenangan ini sudah menjadi target karena dia adalah rajanya di nomor ini,” kata Mursalim.
Di final nomor kata perseorangan putri, karateka Jawa Barat, Yulianti S, tampil cukup baik. Dia berhasil menyisihkan pesaingnya, Dewi PK (DKI Jakarta), dengan angka cukup telak, 4-1.
Dewi yang tampil lebih dulu memperagakan kata unsu yang dinamis, cepat, dan dilengkapi variasi lompatan. Namun, Yulianti tak mau kalah. Dia memilih memperagakan kata anan, jurus yang cepat dan memiliki tingkat kesulitan tinggi. Gerakan Yulianti sangat stabil, lebih bertenaga, dan dilengkapi dengan putaran pinggang dan kaki yang lentur tetapi mantap.
”Kata unsu sudah melekat di jiwa saya sehingga saya memilihnya untuk diperagakan di final,” kata Yulianti.