Jakarta, Kompas
”Presiden menerima laporan dari Wakil Presiden, baik dari segi fasilitas, infrastruktur, maupun kesiapan, secara keseluruhan penyelenggaraan PON berjalan dengan baik dan siap diresmikan Presiden besok (Selasa) malam,” kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Senin (10/9), seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tiba dari lawatannya ke luar negeri.
Menurut Julian, sebelumnya Wapres merespons pemberitaan tentang ketidaksiapan penyelenggaraan PON di Riau dengan berkunjung langsung ke arena PON pada Minggu lalu.
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi A Mallarangeng menyatakan seluruh fasilitas PON siap digunakan. Dia menyatakan, dari 54 arena untuk PON, 52 di antaranya selesai dibangun dan difungsikan.
Andi mengakui, pembangunan dua arena lainnya, yakni arena menembak dan futsal, masih minimalis, tetapi dapat difungsikan untuk menggelar pertandingan PON. ”Kami juga melaporkan kepada Presiden, PON XVIII
Dia mengakui bahwa sebelumnya ada kendala pembangunan sejumlah arena di Provinsi Riau. ”Pembangunan sarana dan prasarana baru ada kendala seperti yang terjadi di Pekanbaru. Sampai April sebenarnya sudah on track. Namun, ada situasi di Riau, yakni APBD tidak bisa disahkan dan dananya tidak bisa dicairkan, sehingga pada saat-saat terakhir kami percepat dan dananya bisa dicairkan,” katanya.
Andi menjamin, percepatan pembangunan sejumlah arena itu tidak akan memengaruhi kualitas bangunan atau pertandingan yang akan digelar di sana.
”Tentu tidak (memengaruhi). Terakhir saya cek di lapangan, yang roboh di arena tenis, misalnya, adalah kanopi di lobi pintu masuk dan tidak akan mengganggu jalannya pertandingan. Saya mencoba main tenis di sana dan tidak
Dari pengamatan Kompas di Pekanbaru dan sekitarnya, hampir semua arena pertandingan selesai dibangun. Namun, ada beberapa arena yang masih belum layak pakai. Di sisi lain, fasilitas pendukung juga jauh dari memadai.
Di kompleks Stadion Utama Panam, kondisi lapangan bisbol untuk PON 2012 baru selesai sekitar
Lapangan bisbol saat ini dapat digunakan. Akan tetapi, di luar lapangan, tumpukan pasir dan batako masih ada di beberapa tempat. Jalan menuju lapangan itu pun masih berupa tanah bercampur pasir.
Tempat berlatih pemain sebelum memasuki lapangan jauh dari standar ideal. Gambaran serba darurat sangat nyata terpampang di lapangan bisbol ini.
Di lapangan tenis, hanya lapangan utama yang paling siap dipakai. Lapangan-lapangan lainnya, meski dapat digunakan, tanpa kelengkapan papan skor yang memadai.
Bahkan, pada pertandingan Minggu lalu, papan skor elektronik di lapangan utama pun bermasalah ketika pertandingan berlangsung tiga set dan gim harus berlangsung hingga posisi akhir 7-5.
Papan skor di arena renang kurang besar sehingga tidak dapat memuat semua keterangan dengan lengkap, seperti data asal daerah perenang dan gaya yang diperlombakan. Bahkan, papan skor juga sempat mati di hari pertama walau akhirnya dapat dihidupkan kembali.
Di arena menembak saat ini banyak perbaikan dan arena dapat dipakai untuk perlombaan. Sebelumnya, hingga kejuaraan uji coba berlangsung Sabtu (8/9), beberapa arena menembak, terutama untuk jarak 25 meter, 50 meter, dan final hall, masih dikerjakan.
Di arena itu, aliran listrik belum stabil, area posisi petembak belum diatur, dan air di kamar mandi belum mengalir. Kini, tinggal sisi estetika arena yang masih belum sempurna.
Kondisi di arena panjat dinding pun jauh dari memadai. Panitia sama sekali tidak menyediakan ruangan kerja bagi insan pers di lapangan ini. Sarana transportasi publik di arena yang berada di dalam kompleks Universitas Riau ini juga tidak tersedia. Alhasil, sejumlah wartawan dari luar Riau kebingungan untuk mendapat kendaraan keluar dari kompleks Universitas Riau itu.
Arena balap sepeda down hill di Siak kurang ekstrem dan terlalu datar. Para peserta sempat terkejut, tetapi akhirnya memaklumi keadaan itu.
Di sisi lain, banyak fasilitas pendukung arena yang tidak memenuhi syarat. Peturasan atau kamar kecil bagi penonton adalah fasilitas yang paling buruk di setiap arena.
Sebagian besar peturasan di setiap arena minus air. Di Aquatic Center dan GOR Tribuana untuk pertandingan karate, misalnya, bau tidak enak menyebar di sekitar peturasan.
Peturasan yang dialiri air hanya satu atau dua unit. Sistem drainase yang buruk membuat air kotor tidak dapat mengalir sehingga lantainya banjir dan kotor.
Selain itu, listrik di GOR Tribuana padam menjelang babak final. Atas kesepakatan wasit dan pelatih, pertandingan di nomor kata (peragaan jurus) perseorangan putra putri tetap berlangsung meski dalam kondisi gelap. Listrik baru hidup lagi setelah satu jam.
Padamnya listrik jelas mengganggu pelaksanaan pertandingan di nomor kumite (pertarungan). Pertandingan tidak dapat terlaksana mengingat atlet yang bertarung harus dapat melihat pukulan yang mengarah ke badan masing-masing.
Pada hari kedua PON, Senin, tim Jawa Barat masih meneruskan dominasinya dengan menambah 6 keping emas, yakni 4 dari arena renang dan 2 dari karate, sesuai perhitungan Kompas hingga pukul 21.00. Dengan demikian, provinsi ”Bumi Parahyangan” itu masih tegak di puncak klasemen perolehan medali, dengan 12 medali emas, 4 perak dan 6 perunggu.
Provinsi Jawa Timur, juara umum PON Kalimantan Timur 2008, membayangi di urutan kedua dengan perolehan sementara 6 emas, 8 perak, dan 6 perunggu.
DKI Jakarta menyodok di urutan ketiga dengan 5 emas, 10 perak, 6 perunggu.
Jawa Tengah membuntuti dengan 5 emas, 1 perak, 3 perunggu. Tuan rumah Riau yang sebelumnya berada di urutan ketiga turun ke peringkat kelima dengan 3 emas, 3 perak, dan 3 perunggu.
Dari 33 kontingen, sebanyak 17 kontingen meraih medali. Kontingen yang belum mendulang medali antara lain Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Sulawesi Utara.