PEKANBARU, KOMPAS.com- Manager tim cabang areomodeling PON Riau 2012, asal Sumatra Selatan, Ade Indra Chaniago mengajukan protes resmi atas dicoretnya Nanang R Hidayat oleh Dewan Hakim pada saat-saat menjelang pertandingan.
Pencoretan telah membuat Nanang yang semula ditargetkan mendapat medali emas, menjadi syok. "Kami sangat tidak dapat menerima keputusan itu karena niat dari pencoretan untuk mematikan prestasi atlet. Padahal, persoalan yang terjadi sekarang ini adalah masalah administrasi," ujar Ade kepada Kompas, Kamis (6/9/2012) malam, di Pekanbaru, setelah menempuh perjalanan dari lokasi pertandingan di Japura, Kabupaten Rengat yang berjarak sekitar 170 kilometer dari ibukota Provinsi Riau, hanya untuk menyampaikan protes resmi ke Panitia Besar PON.
Ade tidak menampik, urusan kepindahan Nanang dari Provinsi Banten masih bermasalah. Hanya, pihak Banten sengaja mengulur-ulur waktu untuk proses penyelesaian dan membawa persoalan itu pada detik akhir menjelang perlombaan.
Padahal, aturan KONI Nomor 73 Tahun 2010 Bab VI ayat 4c, tentang syarat keabsahan atlet, protes tertulis yang terkait status atlet, selambat-lambatnya diajukan 10 hari sebelum Pra-PON dimulai.
Saat pra-PON berlangsung, tambah Ade, Nanang sudah mewakili Sumsel dan dinyatakan lolos kualifikasi. Waktu itu tidak ada protes dan keberatan tertulis dari Banten. Nanang kemudian dinyatakan sebagai peserta PON Riau dari cabang aeromodeling sesuai SK Akreditasi PB PON pada 10 Agustus 2012 lalu.
Pada pertemuan teknis cabang aeromodeling tanggal 3 dan 4 September, juga tidak ada protes. Nanang sudah mengantongi surat mandat, dan persyaratan bertanding lainnya.
"Saat akan bertanding, Dewan Hakim baru menyatakan Nanang tidak berhak turun. Pencoretan itu disebutkan merupakan putusan Badan Arbitrase Olahraga Indonesia. Kami justru mempersoalkan putusan Baori, mengapa menerima protes Banten, setelah pra-PON bahkan menjelang PON. Itu kan melanggar aturan. Ini yang kami sebut, keputusan itu sebagai upaya mematikan prestasi atlet. Boleh-boleh saja Baori berniat menegakkan aturan, namun tidak dengan melanggar aturan yang lebih tinggi, Keputusan KONI," tegas Ade yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen itu.
Menurut Ade, dia hanya meminta PB PON tetap memperkenankan Nanang bertanding sampai tuntas, sampai ada keputusan hukum tetap atas status atletnya. Bila Nanang dicoret, namun ternyata keputusan Baori salah, PON Riau tentunya tidak dapat diulang.
"Jangan bunuh atlet hanya karena persoalan administrasi," kata Ade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.