jakarta, kompas -
Inca Ferry, atlet menembak DKI Jakarta, Sabtu (1/9), mengatakan, atlet yang rekornya tidak diakui tentunya merasa kecewa. Sebab, pemecahan rekor adalah puncak prestasi seorang atlet.
”Atlet yang rekornya tak diakui pasti patah hati. Apalagi PON mempertaruhkan kebanggaan daerah. Tapi sebagai atlet, kami akan tampil semaksimal mungkin. Arena tidak boleh menjadi kambing hitam,” kata Inca.
Menurut Iriantoni, atlet menembak DKI Jakarta, atlet kecewa dengan kondisi arena yang belum siap. ”Sejak saya ikut PON 1993 sampai PON 2008, baru sekarang venue menembak tidak siap,” ujarnya.
Swasti Kardin dan Vidia Rafika, keduanya juga atlet menembak DKI Jakarta, menegaskan, walaupun kondisi venue belum siap, mereka tetap fokus pada pertandingan.
Ketua KONI DKI Jakarta Winny Erwindia mengatakan, pihaknya belum mengambil sikap terhadap keputusan delegasi teknis yang menyatakan arena menembak tidak layak.
”Kami sangat berharap pembangunan arena menembak dapat dipercepat. Namun, jika belum layak juga, KONI DKI akan berunding dengan KONI provinsi lain untuk menyatakan sikap terhadap kondisi itu,” kata Winny.
Menurut Winny, kesepakatan seluruh pengurus KONI daerah sangat penting untuk menentukan apakah perlombaan menembak jadi digelar atau tidak.
Delegasi teknis cabang menembak yang menentukan kelayakan arena, Sita Razni, mengatakan, keputusan jadi atau tidaknya cabang menembak digelar, ada pada Ketua Umum KONI.