London, Kompas -
Dalam drama final lari 100 meter putra yang tak lebih lama dari memakai celana itu, Bolt (25) menepis keraguan atas kemampuannya, meraih kembali emas olimpiade dan menundukkan Yohan ”Si Binatang Liar” Blake yang dianggap bakal mengakhiri kelegendaannya.
”Tujuan akhir saya adalah menjadi legenda dan saya berupaya untuk itu. Kemenangan tadi adalah langkah awal. Saya harus memenangi lagi nomor 200 meter. Dengan begitu, saya akan dinilai sebagai legenda. Ini tinggal selangkah lagi,” kata lelaki Jamaika yang mempunyai tinggi badan 195 sentimeter itu dalam jumpa pers yang diikuti wartawan Kompas
Dalam final malam itu, Bolt berada di lintasan ketujuh, bukan jalur elite karena di semifinal dia hanya menyetor waktu ketiga tercepat di belakang mantan pemegang rekor dunia dan juara Olimpiade Athena 2004 asal AS, Justin Gatlin, dan darah muda Jamaika: sang juara dunia Yohan ”Beast” Blake (22).
Pada babak pertama dan semifinal, Bolt terlihat
Di final, ceritanya lain, tubuh Bolt paling cepat bereaksi terhadap pistol start (0,165 detik dibandingkan Blake yang 0,179 detik). Emas diraih Bolt, sementara perak jadi milik Blake yang pada tahun ini dua kali memecundangi Bolt. Medali perunggu jatah Gatlin. Dengan waktu 9,63 detik, Bolt memperuncing rekor olimpiade 100 meter.
Rekan Gatlin, Tyson Bay, yang cuma finis di urutan keempat hanya bisa menangis. Dia masih sesenggukan saat berjalan di lorong bawah tribune, melewati para wartawan yang menunggu di jalur cegatan wawancara. Asafa Powell, sprinter Jamaika yang menjadi manusia paling sering mencatat waktu di bawah 10 detik dalam lari 100 meter, hanya bisa berlutut selewat garis start. Dia finis terakhir.
Bolt adalah fenomena di lintasan atletik dalam lima tahun belakangan ini. Pria kelahiran Trewlawny, Jamaika, 21 Agustus 1986, itu datang ke Olimpiade Beijing 2008 sebagai pemegang rekor dunia, 9,72 detik.
Di sana dia merebut dua keping emas 100 dan 200 meter. Ke duanya dengan mengasah rekor dunia menjadi 9,69 detik dan 19,30 detik. Setahun kemudian di Kejuaraan Dunia Berlin, Bolt yang dijuluki ”Halilintar” itu kembali mempertajam kedua rekor dunia menjadi 9,58 detik dan 19,19 detik.
Maka, di Stadion Olimpiade malam itu, Bolt-lah yang paling ditunggu. Sesungguhnya malam itu berpentas juga manusia-manusia luar biasa, antara lain si juara dunia dua kali Ezekiel Kemboi (30). Lelaki tua dari Kenya itu meraih emas lari 3.000 meter halang rintang.