Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagi Tahmina, Olimpiade adalah Usaha Perubahan

Kompas.com - 28/07/2012, 16:00 WIB
Tabita Diela

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Para atlet peserta Olimpiade dapat dimaafkan ketika mereka mengeluh atas perhatian berlebihan yang tidak mereka inginkan ketika mereka tiba di pertandingan Olimpiade. Mereka harus menghadapi permintaan tanda tangan, wawancara, dan upacara pembukaan yang harus mereka hadiri.

Namun, bagi Tahmina Kohistani, kekacauan yang ada dalam Olimpiade London 2012 ini tampak begitu tenang dibandingan dengan kehidupannya di Afghanistan.

Di tempatnya, latihan rutinnya diwarnai dengan suara-suara penuh kekerasan dari para laki-laki. Kapan pun pelari cepat berlatih 100 m di Kabul Stadium, segerombolan orang akan muncul dan mengejeknya. Mereka juga mempertanyakan mengapa perempuan berfikir untuk ikut perlombaan semacam ini.

"Orang-orang tidak menyukai perempuan berolah raga," begitu penjelasan Kohistani."Kepala Komite Olimpiade mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat datang dalam latihan. Namun, mereka tetap datang. Mereka ingin mengganggu saya sepanjang waktu. Mereka mengatakan, apakah dapat berlari dengan saya, mempertanyakan mengapa saya berlari. Ini bukan hal yang baik."

Terkadang tidak ada orang yang datang. Namun, di lain kali, ada 100 sampai 200 ornag datang. "Satu hari, sekitar satu bulan yang lalu, seorang yang kerap mengejeknya melakukan hal yang lebih dari biasanya. Sang pelatih akhirnya turun tangan. "Apa masalahmu? Mengapa Anda mengganggu atlet saya?" tanyanya pada mereka. Kemudian percekcokan pun terjadi.

Pelecehan ini terlalu berat bagi Kohistani, impiannya mengenai Olimpiade bahkan ia anggap sebagai kegilaan."Saya telah memutuskan bahwa saya akan memperhentikan semuanya. Saya tidak ingin kembali ke stadion itu. Saya menghadapi orang-orang yang sangat berbahaya."Namun, sikap menyerah ini tidak bertahan lama."Kapanpun Anda ingin melakukan sesuatu, Anda akan menghadapi tantangan dan masalah," katanya.

"Selalu akan ada satu orang yang memulai dengan cara itu. Saya pikir, jika saya berhenti, perempuan lain juga akan dihentikan. Saya harus menghadapi masalah ini dan mengubah esuatu di dalam masyarakat saya.

"Kekeraskepalaan gadis berusa 22 tahun ini ternyata memang sifatnya. Selalu berjuang untuk yang dikucilkan, dia adalah perempuan keempat sepanjang sejarah yang pernah merepresentasikan negaranya dalam  pertandingan Olimpiade.

Mungkin saja, kegigihannya ini merupakan turunan genetis. Keluarganya pindah kembali ke Kabul hanya berselang sebulan setelah Taliban digulingkan di tahun 2001. Sebelumnya mereka tinggal di Pakistan untun melarikan diri dari kerasnya rezim pemerintahan, namun keluarga besarnya tidak seberuntung itu. Bibinya dipaksa untuk meninggalkan pendidikannya ketika sepuluh orang keluarganya dibunuh.

"Saat ini, ada bom meledak setiap hari di negaraku. Penting bagi saya untuk mewakili negara yang memiliki banyak masalah seperti ini."Seluruh dunia berpikir bahwa kami hanya menginginkan perang dan kami tidak ingin melakukan apapun yang dapat kami lakukan untuk mendapatkan perdamaian. Itu salah. Kami membutuhkan kebebasan, kami mencintai kebebasan.

"Hal tersebut bukan satu-satunya pesan yang ia harap dapat disampaikan olehnya. Ia juga ingin untuk memberi semangat kepada para perempuan untuk mengikuti langkahnya."Di Afganistan, masyarakat tidak baik bagi perempuan," katanya. "Mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.""Seluruh waktunya mereka berikan untuk suami, anak, dan rumah mereka. Saya melakukan ini bagi perempuan-perempuan Afganistan."

Lima atlet Afghanistan lainnya, yang semuanya adalah laki-laki menerima masuknya Kohistani dalam tim mereka. Namun, Kohistani berkomentar, "Terkadang ketika kami duduk bersama, saya merasa tidak berada di sana karena saya adalah satu-satunya perempuan".

Inilah alasannya, Kohistani belum akan merasa bangga berkompetisi dalam Olimpiade sampai negaranya memberikan tempat untuk lebih dalam satu perempuan berkompetisi mewakili Afganistan untuk Olimpiade.Merubah keadaan ini lebih penting daripada memenangkan medali emas. Rekor terbaik Kohistani adalah 13,95 detik.

Rekornya ini masih tiga detik di belakang lawannya. Walaupun demikian, ia bertekad untuk memperbaiki rekor pribadinya.Kohistani baru mulai berlari delapan tahun yang lalu dan telah mewakili negaranya di kejuaraan junior, di POlandia, dan kejuaraan senior di Turki.Penampilannya di Polandia megejutkan semua orang, termasuk dirinya sendiri.

Sebelumnya, ia belum pernah berlari di lintasan lari."Saya hanya mulai berlari dengan mengenakan sepatu lari dan berlari di rerumputan di depan hotel. Keesokan harinya, saya ikut perlombaan."Saya sendiri tidak percaya bahwa saya akan melakukannya dengan sangat baik. Namun, ketika saya menyelesaikannya, saya berlari sekitar 15 detik. Itu hal yang baik bagi saya."

Kohistani sebenarnya adalah seseorang yang relijius. Ia hanya akan melepaskan puasanya di Bulan Ramadhan dalam minggu-minggu ia berkompetisi. Ia juga akan tetap mengenakan jilbabnya.Dalam sesi latihannya, Kohistani mengenakan apa yang menurutnya nyaman, "Orang-orang tidak akan menerima saya dan apa yang akan saya lakukan. Namun, hal tersebut berbeda di sini. Saya perlu merasa nyaman dengan pakaian saya karena saya akan berlari untuk pertandingan Olimpiade."

Dalam kunjungan pertamanya ke Inggris, Kohistani menikmati sesi latihannya di Hatfield. "Tak ada yang mengganggu saya, tidak ada yang melihat ke arah saya. Ini sangat baik bagi saya."Kohistani benar-benar terkejut karena semua orang tersenyum padanya. "Ini adalah hal yang saya pelajari dari orang-orangmu. Ketika saya kembali pulang, saya akan melakukan hal yang sama dengan ornag-ornag saya. Ini adalah yang yang paling indah."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com