Sukses penyelenggaraan Olimpiade Los Angeles 1984, terutama dari aspek finansial, ternyata berdampak luar biasa terhadap minat kota-kota lain di dunia untuk menjadi tuan rumah pesta olahraga paling agung tersebut. Seperti halnya Los Angeles dan negara Amerika Serikat yang menikmati sukses multidimensional, mereka ingin menikmati berbagai keuntungan, mulai dari ekonomi, pariwisata, hingga kepercayaan dari negara lain yang meningkatkan citra di dunia internasional.
Dari semua kota yang meraup keuntungan besar dari olimpiade, yang membuat terbelalak dunia adalah China. Walaupun negara tersebut menghadapi banyak masalah terkait isu hak asasi manusia, polusi, dan produk ekspornya yang tercemar, pemerintah China tetap mereguk keuntungan besar dan bertambah besar dengan adanya olimpiade.
Sejak terpilih sebagai tuan rumah pada 2001, segala persiapan olimpiade mendorong pertumbuhan ekonomi di seluruh China. Menurut Lin Xianpeng, direktur studi dan riset ekonomi dan industri di Beijing Institute of Physical Culture and Education, total dampak ekonomi dari Olimpiade Beijing 2008 sekitar 600 miliar RMB.
Olimpiade tidak hanya meningkatkan ekonomi nasional, tetapi juga membuka banyak lapangan kerja dan industri. Selain itu, sistem infrastruktur di kota-kota terkait olimpiade mendapat perbaikan dan renovasi hingga peningkatan besar-besaran.
Ambil contoh Beijing. Selama periode 2005-2008, tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kota adalah 11,8 persen per tahun atau 0,08 lebih tinggi ketimbang periode rencana pembangunan 10 tahun. Dari 2004 hingga 2008, PDB Beijing yang didorong olimpiade mencapai 105,5 miliar RMB.
Tidak semua negara menikmati kue yang sama lezatnya dengan China. Meski begitu, negara yang besaran ekonominya minimal menikmati keuntungan relatif lebih besar. Contohnya Korea Selatan yang pertumbuhan ekonomi setahun sebelum Olimpiade Seoul 1988 adalah 10 persen year on year.
Sementara bagi negara yang ekonominya lebih kuat, dampaknya relatif kecil. Misalnya, Olimpiade Atlanta 1996, setahun sebelum perhelatan angka pertumbuhan ekonomi negara hanya naik 2,5 persen.
Di luar ekonomi, olimpiade pun berdampak positif. Menghadapi Olimpiade Beijing 2008, masyarakat China mendapat pendidikan untuk tidak meludah sembarangan, panduan menghadapi tamu, bersikap di lift, dan bagaimana bersikap di tempat umum.
Sementara saat Olimpiade Sydney 2000, warga Australia belajar menerima perbedaan dan menganggap ajang tersebut sebagai pembelajaran menuju globalisasi, kesetaraan sosial, dan menghormati budaya serta kebiasaan yang berbeda. Bahkan, bagi mereka olimpiade merupakan sarana tepat untuk menyatukan bangsa dan dunia.
Dalam penelitian Gordon Waitt dari Universitas Wollongong, Australia, banyak orangtua yang senang mengisahkan kepada anak-anaknya kenangan olimpiade ketika mereka melalui jalan-jalan yang dulu penuh atlet dan turis saat olimpiade.
Berdasarkan penelitian tersebut, banyak warga Australia menginginkan penyelenggaraan olimpiade di negara mereka lagi. Mereka kembali ingin berpartisipasi sebagai tenaga sukarela dan menyebarkan semangat olimpiade.
Dalam sejarahnya, olimpiade semula untuk memuliakan Zeus, dewa tertinggi Yunani kuno. Namun, dalam olimpiade modern, olimpiade adalah ajang untuk memuliakan atlet, memberi kesempatan kepada mereka menampilkan kehebatan mereka kepada dunia. Olimpiade bukan hanya terbuka bagi atlet dari negara perkasa. Olimpiade juga milik kaum minoritas unjuk keperkasaan.