KOMPAS.com - Lilies Handayani sangat gugup saat harus bertanding ulang melawan tim beregu putri Amerika Serikat. Kedua tim beradu guna memperebutkan medali perak di Olimpiade Seoul, 24 tahun lalu. Lilies dan dua rekannya, Nurfitriyana Saiman serta Kusuma Wardhani, bahkan sudah siap kalah. Saat gugup, sangat sulit memusatkan konsentrasi membidik sasaran.
Ketegangan itu coba dikikis dengan menghibur diri, seandainya kalah, paling tidak bisa membawa medali perunggu sesuai target Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Ketegangan sedikit mereda, mereka harus tampil tenang untuk menuai prestasi melebihi target.
Ternyata, krisis rasa percaya diri juga melanda tim beregu putri AS. Pada akhir pertandingan, tim Indonesia mengumpulkan skor lebih banyak sehingga akhirnya bisa membawa medali perak, medali pertama Indonesia di olimpiade.
Berdasarkan pengalaman Lilies, ia menyimpulkan, atlet dari Asia, termasuk Indonesia, rata-rata memiliki rasa percaya diri yang rendah dibandingkan dengan atlet Eropa ataupun AS. Dalam Olimpiade 1988 itu, rasa percaya diri tim panahan Indonesia bisa didongkrak karena atmosfer dalam tim sangat kondusif dan saling mendukung antar-atlet.
”Strateginya adalah bagaimana agar regu panahan bisa masuk kualifikasi olimpiade. Tentu persiapannya akan lebih banyak. Namun, ketika berangkat bertiga, secara mental itu memengaruhi rasa percaya diri,” ujar Lilies yang berusia 23 tahun saat Olimpiade 1988.
Persiapan matang
Keberangkatan Lilies, Nurfitriyana, dan Kusuma ke Olimpiade Seoul direncanakan sejak lima tahun sebelumnya oleh PB Perpani dan KONI. Tiga Srikandi Indonesia itu memiliki waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkan diri.
Sepanjang lima tahun menjelang olimpiade, Lilies mengaku beberapa kali bergabung ke pelatnas mengikuti jadwal pertandingan yang akan diikuti. Sementara pelatnas khusus untuk olimpiade berlangsung sekitar delapan bulan.
Tiga bulan menjelang olimpiade, Lilies mendapat kesempatan berlatih di Eropa. Ia pun mengikuti sejumlah kejuaraan panahan yang berlangsung di Belanda, Swiss, Rusia, dan Jerman. Di Jerman, Lilies menjadi nomor satu mengalahkan atlet-atlet panahan Eropa yang menjadi peserta dalam kejuaraan itu.
Kenali lawan
Hasil di Eropa membuka jalan untuk masuk ke olimpiade sekaligus meningkatkan rasa percaya diri Lilies. Ia yakin bisa mengatasi tim Eropa. Meski begitu, ia belum mengetahui peta kekuatan lawan berat lainnya, yakni tuan rumah Korea Selatan dan AS.
”Kalau Korea, skornya terlalu jauh di atas Indonesia, jadi tinggal Amerika yang belum kami ketahui kemampuannya,” ucap Lilies yang kini melatih tim yunior.
Menurut Lilies, jika ingin memenangi suatu pertandingan, seorang atlet harus mengetahui dua hal: potensi diri sendiri dan kompetitor.
”Kalau informasi soal kompetitor blank (kosong), itu percuma saja. Kalau sudah tahu soal kompetitor, tugas selanjutnya adalah meningkatkan rasa percaya diri,” ujar Lilies yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, 47 tahun lalu. (ARA/ANG)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.