KOMPAS.com - Kontingen mini Indonesia yang terdiri atas tujuh atlet di Olimpiade Montreal 1976 tak membawa pulang sekeping medali pun. Namun, di olimpiade itulah para olimpian Indonesia tetap pulang dengan perasaan bangga. Di Montreal, mereka berlaga dengan sepenuh hati dan mengukir prestasi terbaik yang pernah mereka torehkan, memenuhi target diri dan para pelatih.
Saat ditemui Rabu (18/7), Kristiono Sumono yang insinyur teknik lulusan AS dan kini bekerja di sebuah perusahaan migas mengingat kenangan 36 tahun silam.
”Tolong pecahkan rekor nasional yang sudah lama bertahan.” Begitu pesan Ketua Umum PB Persatuan Renang Seluruh Indonesia MF Siregar sebagaimana diingat Kristiono.
Yang Siregar maksud adalah rekor nasional nomor 100 meter gaya bebas atas nama Achmad Dimyati yang sudah 15 tahun tak terusik. Di Montreal, Kristiono mengabulkan permintaan tolong teknokrat olahraga terbesar di Indonesia itu.
Bagi Kristiono, tugas dia ubah menjadi cita-cita dirinya. Tidak cuma itu, di Montreal pula Kristiono memecahkan rekor nasional nomor 200 meter dan 400 meter gaya bebas.
Satu nomor lagi yang dia ikuti adalah 1.500 meter gaya bebas. Itu menjadikan atlet termuda di dalam kontingen Indonesia tersebut menjadi satu-satunya perenang yang turun di nomor-nomor sprint dan jarak jauh sekaligus. ”Biasanya perenang jarak pendek itu spesialisasinya 100 meter dan 200 meter, lalu yang jarak jauh 400 meter dan 1.500 meter. Sementara saya turun di semua nomor,” katanya terkekeh.
Ditemui terpisah, Leane Suniar yang dokter ahli gizi juga mengenang kiprahnya di Montreal dengan manis. Turun di cabang panahan, dia menyelesaikan lomba sebagai peringkat kesembilan. Di cabang itu, poin total dikumpulkan dari tembakan ke sasaran di empat jarak berbeda. Di nomor 50 meter, poin yang diraih Leane menyamai rekor dunia. ”Itu target saya karena saat latihan, sudah beberapa kali saya menyamai dan melebihi rekor dunia,” katanya.
Di atletik, sprinter putri Carolina Rieuwpassa juga memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri di 100 meter dan 200 meter. Rekor-rekor itu sebelumnya dia torehkan di Olimpiade Muenchen 1972.
Kunci sukses, menurut Kristiono, adalah berlomba dengan hati senang. ”Di olimpiade, fasilitasnya bagus, lawan-lawannya bagus. Jadi rugi jika atlet tidak mengejar target pribadinya yang terbaik,” katanya. (YNS)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.