KOMPAS.com - John Stephen Akhwari menjadi atlet terkenal berkat perjuangan ”heroik”-nya pada Olimpiade 1968 di Meksiko.
Pelari maraton asal Tanzania ini bukanlah peraih medali pada Olimpiade 1968 itu. Akan tetapi, kamera televisi mengarah kepadanya ketika dia menjadi atlet terakhir yang mencapai garis finis lari maraton pada olimpiade itu.
Akhwari yang lahir dan dibesarkan di Tanzania, negeri yang cukup melimpah disinari matahari, adalah salah satu peserta lari maraton 42,195 kilometer. Medan lari yang berada di ketinggian, membuat dia mengalami kram sehingga pada kilometer ke-19, dia tertubruk sejumlah pelari.
Akhwari, yang lahir tahun 1938, tak ayal lagi jatuh dengan sendi lutut tergeser dan bahu yang sakit. Akan tetapi, ia tidak menyerah. Setelah beberapa saat mengatasi rasa sakitnya, dia meneruskan lomba dengan lutut dibebat kain.
Pemenang maraton itu adalah pelari Etiopia, Mamo Wolde, dengan waktu 2 jam, 20 menit, 26 detik. Akan tetapi, Akhwari mencuri perhatian televisi ketika justru mencapai finis saat medali akan dibagikan kepada para juara, atau dalam waktu 3 jam, 25 menit, 27 detik.
Ketika ditanya kemudian mengapa dia ngotot meneruskan lari meski kondisi fisiknya tidak memungkinkan, Akhwari menjawab, ”Negara saya tidak mengirim saya terbang 10.000 mil jauhnya hanya untuk start berlari. Mereka mengirim saya untuk menyelesaikan lomba.”
Semangat Akhwari itu diingat banyak orang. Dia juga terus berkompetisi di sejumlah kejuaraan lari maraton pasca-Olimpiade 1968 dan menjuarai beberapa di antaranya. Wajarlah bila pada 1983, Akhwari dianugerahi penghargaan ”National Hero Medal of Honor”. Namanya diabadikan dalam yayasan untuk pelatihan atlet Tanzania. (AP/Reuters/OKI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.