Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Murray Menangi Hati Penggemar di Inggris Raya

Kompas.com - 09/07/2012, 22:58 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Petenis nomor empat dunia, Andy Murray, memang kalah dan gagal menjadi petenis Inggris Raya pertama yang meraih gelar juara Wimbledon sejak 1936. Meskipun demikian, tulis media setempat, Senin (9/7/2012), dia akhirnya berhasil memenangi hati penggemar Tanah Airnya.

Kekalahannya setelah tampil dengan baik melawan Roger Federer dan betapa emosionalnya keterangan pers setelah pertandingan memperlihatkan sisi lain yang selama ini tak terlihat dari petenis kelahiran Glasgow, Skotlandia itu. Ia bahkan mampu meyakinkan media setempat bahwa ia tak akan membutuhkan waktu lama untuk kembali tampil di puncak kejuaraan Grand Slam.

Raut kesedihan mungkin menggelayut di seantero Inggris ketika Murray tak mampu menahan air mata setelah pertandingan, sembari melihat ke kekasihnya Kim Sears, serta Kate Middleton, yang juga berusaha tak terjebak emosi.

"Jangan Menangis Wahai Para Perempuan, Ia Membuat Kita Bangga" tulis harian Daily Mail di halaman depan, yang merefleksikan hubungan dan kedekatan masyarakat dengan petenis kebanggaan mereka.

Namun, Daily Mail tak hanya menunjukkan dukungannya kepada Murray. Mereka juga mencantumkan kritik dan tuduhan di halaman tengah terhadap Andy, yang terlihat masam dan tanpa emosi selama pertandingan berlangsung.

Murray juga kerap menjadi bahan olok-olokan saat ia berkelakar bahwa tim sepak bola favoritnya adalah setiap tim yang bermain di Inggris. Ia juga harus siap dengan olok-olokan yang mengatakan hanya akan diakui sebagai orang Inggris bila ia memenangi sesuatu, dan disebut orang Skotlandia ketika kalah.

Beberapa jurnalis dari berbagai media di Inggris Raya menunjukkan apresiasi mereka atas apa yang sudah dilakukan Murray dalam pertandingan final Wimbledon.

Kolumnis harian Times, Matthew Syed, mengatakan bahwa respons dan sikap positif yang ditunjukkan Murray seusai kekalahannya menggoyahkan label tradisional Inggris, yaitu pemberani yang kalah menjadi "pemenang yang menanti giliran".

"Permainannya pada saat ini sangat mengesankan. Ia memulai dengan cepat dan hanya kewalahan ketika bertemu dengan lawan-lawan level genius di lapangan," tulisnya.

Sementara itu, Martin Samuel dari Daily Mail menulis bahwa Murray tidak lain adalah korban takdir, yang mengharuskan ia lahir dalam satu generasi dengan salah satu pemain terbaik sepanjang sejarah.

"Dari hatiku yang paling dalam, aku tak bisa menyalahkan seseorang hanya karena ia berada di bawah bayang-bayang petenis terbaik yang pernah memegang raket," tulis Simon Barnes dari Times.

Kevin Mitchell dari harian Guardian bahkan menyebut Murray sebagai seorang juara tanpa mahkota. Mengenai reputasi Murray di mata publik, Mitchell mengatakan bahwa amat disayangkan, dukungan terhadapnya tak pernah menjadi sesuatu yang universal.

"Mereka yang berharap Murray gagal justru menciptakan kerugian bagi diri sendiri. Suatu saat bukan tidak mungkin mereka justru berdiri dan menghibur Murray," tulisnya.

Harian Telegraph menyebutkan, Murray saat ini menghadapi hubungan yang sulit dengan publik pencinta olahraga secara luas karena sikapnya dulu kurang ramah.

"Meski demikian, siapa pun yang menyaksikan luapan emosi Murray hari ini akan menyadari arti penting Grand Slam bagi dia, dan penghargaannya terhadap pendukung yang selalu setia selama ini," tulis Telegraph.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

Timnas Indonesia
Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Timnas Indonesia
Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

Timnas Indonesia
Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Timnas Indonesia
Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Timnas Indonesia
Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com