Jakarta, Kompas -
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) Yacob Rusdianto menegaskan, induk organisasi olahraga bulu tangkis itu tetap berpegang pada kontrak kerja dengan Li Mao.
”Li Mao sampai olimpiade. Setelah itu akan ada evaluasi. Kami juga menimbang trek rekor dia,” ujar Yacob, Selasa (5/6). Li Mao mulai berkiprah di markas pelatnas Cipayung awal 2011, hijrah dari tugas yang sama di Korsel. Sebelumnya dia juga pernah menangani tim nasional Malaysia.
Setelah prestasi tunggal Indonesia tak juga membaik dan berpuncak pada kegagalan menyesakkan di perempat final Piala Thomas Mei silam, PB PBSI banyak menuai kritik. Tak terkecuali dari para mantan pilar bulu tangkis Indonesia.
Kinerja dan keberadaan Li Mao termasuk yang dikritik oleh para mantan bintang tersebut. Mantan tunggal putri Ivana Lie, misalnya, menjelaskan, mereka tak antipelatih asing. Yang dipertanyakan, prestasi dan rekam jejak Li Mao yang tak istimewa.
Mantan pebulu tangkis juga mengkritik otoritas pelatih itu yang sangat besar karena ada dukungan dari petinggi PB PBSI. Alhasil, Li Mao tak bisa disentuh oleh Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Hadi Nasri.
Para mantan pemain juga menggugat tumpang tindih kewenangan antarbidang dan intervensi bidang lain ke bidang pembinaan prestasi.
Menanggapi hal itu, Yacob mengatakan, PB PBSI telah mengevaluasi prestasi tim Indonesia di Piala Thomas dan Uber. Selain itu, berbagai kritik juga ikut dibahas.
Hasilnya, PB PBSI melihat ada masalah koordinasi dan keselarasan penyelesaian kerja antarbidang. ”Misalnya, ketika seleksi pemain untuk masuk pelatnas terpaksa ditunda. Itu karena bagian logistik belum siap dengan akomodasi. Namun, kalau dikatakan intervensi, yang mana,” katanya.
Ditambahkan, PB PBSI telah menyiapkan pemain secara maksimal menjelang Piala Thomas dan Uber. ”