JAKARTA, KOMPAS.com - Pemain Sekolah Sepak Bola Persigawa tampil dengan energi yang tak habis-habis di atas rumput Stadion Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (20/5). Mereka tengah berlaga di Liga Kompas Gramedia U-14.
Lawan di depan pemain Persigawa bukanlah lawan enteng: Sekolah Sepak Bola (SSB) Kabomania. Selama Liga Kompas Gramedia (LKG) U-14 musim 2012, Kabomania belum pernah kalah dan menjadi juara paruh musim. Persigawa tak sedahsyat itu. Tim itu hanya penghuni papan tengah klasemen.
Namun, yang terjadi, Persigawa melibas Kabomania 3-1. Gol Persigawa diciptakan Muhamad Alvian pada menit ke-4 dan ke-41 serta Muhammad Reza Fahlevi lima menit sebelum laga berakhir. Gol balasan Kabomania dicetak Jovanca Adi Mulvara pada menit ke-56.
Pertarungan antara Persigawa dan Kabomania kemarin lebih tepat disebut adu mental ketimbang adu teknik dan fisik. Dari sisi teknik dan fisik, pemain Kabomania unggul dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai juara paruh musim. Mental yang dimaksud di sini adalah dorongan dalam diri pemain untuk tampil habis-habisan tanpa merisaukan hasil pertandingan.
Rupanya, sebelum bertanding, Pelatih Persigawa Suwendi memberikan suntikan motivasi yang membuat pemain Persigawa bersemangat. ”Jangan trauma dengan kekalahan kita 0-3 dari Kabomania di putaran pertama. Buktikan kepada saya bahwa kalian bisa,” kata Suwendi di depan anak asuhnya.
Menurut Suwendi, melatih mental pemain, terutama anak-anak, lebih sulit daripada melatih fisik. Mental hanya bisa diperbaiki dengan memperbanyak pengalaman bertanding.
”Fisik dan mental harus seimbang. Kalau mainnya bagus, tapi mentalnya tidak ada, percuma. Mental ini adalah sikap pantang menyerah,” katanya.
Sudah teruji
Mental pemain Kabomania sudah teruji sejak putaran pertama LKG U-14 musim 2012. Setiap kali ditekan lawan, pemain Kabomania semakin ulet dalam melancarkan serangan balik.
Contohnya pada laga terakhir putaran pertama, Minggu (15/4), saat Kabomania melawan tim kuat Bina Taruna, yang dimenangi Kabomania 1-0. Satu-satunya gol diciptakan Hafiz Alfaridzi satu menit sebelum pertandingan bubar. Empat menit sebelumnya, Hafiz gagal mencetak gol melalui tendangan penalti. Kegagalan itu tidak merontokkan mental pemain Kabomania, tetapi memacu mereka untuk terus menyerang.
Pelatih Kabomania Cecep Jumhana mengungkapkan, mental pemain adalah faktor penting untuk memenangi pertandingan. Menurut Cecep, ada perbedaan jelas antara pemain yang siap mental dan pemain yang tidak siap mental.
”Pemain yang siap mental akan bermain lepas (tanpa beban). Pelatih harus memotivasi pemain supaya bermain lepas di lapangan,” ujarnya.
Cecep menuturkan, tidak mudah melatih mental pemain usia dini karena mental mereka belum stabil. Apalagi, Kabomania belum mempunyai pelatih khusus yang menangani masalah psikologis.
”Sekarang, saya harus mengangkat kembali mental pemain setelah kekalahan ini. Saya bilang kepada pemain, tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan,” lanjutnya.
Psikolog Jo Rumeser mengutarakan, mental yang harus dimiliki pemain usia dini bukan cuma mental juara, melainkan juga mental untuk tidak berbuat curang. Menurut Jo, pertandingan olahraga usia dini sangat rawan pencurian atau pemalsuan umur pemain.
Tindakan pencurian umur berdampak buruk bagi pemain usia dini. ”Tanpa disadari, pemain belajar bahwa berbuat curang itu boleh,” katanya. (WAD)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.